REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Polisi Israel membatalkan "Flag March" yang akan diadakan di Yerusalem pada Kamis (10/6). Meski dalam perkembangan selanjutnya, otoritas Israel mencabut larangan itu dan memberikan izin dengan catatan khusus.
Kepala partai Religious Zionism, Bezalel Smotrich, menyatakan, pembatalan merupakan bentuk sikap menyerah atas teror dan ancaman dari Hamas. Smotrich mengecam komisaris polisi karena mengungkapkan ketidakmampuan untuk melindungi para demonstran Israel di jalan-jalan Yerusalem. "Dia sekarang membiarkan Yahya Sinwar menjalankan Yerusalem," ujarnya mengacu pada kepala Hamas di Gaza.
Alasan awal polisi membatalkan pawai tersebut terjadi karena pertimbangan masalah keamanan. Namun, Smotrich menyatakan itu adalah keputusan salah dan menunjukkan rakyat Israel perlu kepemimpinan baru.
"Rakyat Israel hidup dan pantas mendapatkan kepemimpinan yang berbeda, lebih kuat, dan lebih teguh," kata anggota sayap kanan Knesset itu dikutip dari Middle Eastmonitor.
Pawai Flag March ini merupakan aksi unjuk rasa ultranasionalis Israel sayap kanan membanjiri daerah-daerah Muslim. Kegiatan ini sebagai bentuk perayaan penaklukan Yerusalem Timur oleh pasukan pendudukan Zionis menyusul gelombang kedua pembersihan etnis pada 1967.
Dalam pawai tersebut, peserta yang bergabung sering kali meneriakkan "matilah orang Arab" dan nyanyian rasialis serta lagu-lagu yang sangat ofensif. Ribuan orang terlihat berparade melalui daerah Muslim mengibarkan bendera Israel.