REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akan mengakhiri masa jabatan yang sudah dijalani selama 12 tahun. Dia menawarkan Menteri Pertahanan dan ketua Biru dan Putih Benny Gantz untuk mengambil peran tersebut, tapi mendapatkan penolakan.
Laporan N12 menyatakan, langkah Netanyahu adalah untuk menahan pemerintah baru yang akan dilantik pada Ahad (13/6). Gantz sebelumnya sempat akan menjadi perdana menteri alternatif setelah Netanyahu mundur. Namun, kesepatan di antara keduanya kurang berjalan baik.
Gantz rencananya akan menjadi Menteri Luar Negeri dalam koalisi mendatang. Sementara ketua Yesh Atid, Yair Lapid, akan mempertahankan peran Menteri Pertahanan karena partainya diperkirakan akan memasuki koalisi.
Tengah malam
Menurut laporan itu, Gantz menerima tawaran Netanyahu dari beberapa sumber yang dekat dengan Netanyahu yang datang setelah tengah malam pada Kamis (10/6). Tim Netanyahu memberi tahu Gantz bahwa sekutunya siap mengundurkan diri pada esok hari.
Namun, tim Gantz langsung menolak tawaran tersebut. Dalam upaya Netanyahu untuk menggagalkan pembentukan pemerintahan Bennett-Lapid, dia juga menawarkan perjanjian rotasi perdana menteri kepada Gantz, Bennett, ketua New Hope Gideon Sa'ar, Ketua Knesset Yariv Levin (Likud), dan pemimpin Shas Arye Deri. Semua tawaran tersebut ditolak.
Gantz berperan sebagai Perdana Menteri Alternatif setelah pemilihan Maret 2020 ketika dia dan Partai Likud Netanyahu memutuskan untuk bergabung bersama untuk membentuk pemerintahan persatuan. Kondisi ini menyebabkan Partai Yesh Atid pimpinan Lapid memutuskan aliansi politik mereka dengan Biru dan Putih.