PBB dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden menuduh China melakukan genosida terhadap Muslim Uighur. Laporan Amnesty International belum lama menyebut situasi di lapangan di Xinjiang sebagai “pemandangan neraka dystopian”. Laporan itu merinci bagaimana kelompok-kelompok minoritas telah dipaksa untuk meninggalkan tradisi, bahasa, dan budaya agama mereka.
Dalam laporannya yang berjudul Like We We Were Enemies in a War: China’s Mass Internment, Torture, and Persecution of Muslims in Xinjiang, Amnesty International merinci pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap warga Uighur. Amnesty International menemukan bahwa ratusan ribu pria dan wanita Muslim telah dikirim ke penjara atau kamp interniran di mana mereka menjadi sasaran penyiksaan fisik dan psikologis.
Selain itu, China telah menjadikan Muslim Xinjiang sebagai sasaran pengawasan massal yang sistematis. Hal ini menjadikan mereka menjadi populasi yang diawasi paling di dunia.
Kelompok etnis Muslim dipaksa untuk meninggalkan tradisi agama, praktik budaya, dan bahasa lokal mereka. Amnesty International juga membagikan kesaksian 50 mantan tahanan kamp interniran di Xinjiang.
“Pihak berwenang China telah menciptakan pemandangan neraka dystopian dalam skala yang mengejutkan di Xinjiang. Uighur, Kazakh, dan minoritas Muslim lainnya menghadapi kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia serius lainnya,” ujar Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard.