REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mengatakan dia menggantungkan harapan untuk perdamaian regional pada platform enam negara yang terdiri dari Turki, Rusia, Iran, Azerbaijan, Georgia, dan Armenia. Erdogan tiba di Azerbaijan pada Selasa dalam sebuah kunjungan resmi.
"Kami bersedia untuk membuat segala macam pengorbanan. Tuan Putin juga. Dengan langkah-langkah yang akan diambil dalam hal ini, wilayah akan menjadi zona damai," ungkap Erdogan dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev di Kota Shusha, Azerbaijan.
Erdogan mengatakan bahwa Karabakh akan mendapatkan kembali kejayaan dan identitas dirinya dan tidak ada keraguan tentang hal itu. Presiden juga mengatakan bahwa Turki selalu memberikan kontribusi kepada Azerbaijan dalam semua jenis kegiatan rekonstruksi seperti dalam perjuangannya untuk kebebasan.
Erdogan mengingatkan bahwa setelah gencatan senjata Nagorno-Karabakh, peluang kerja sama baru telah muncul untuk semua pihak di kawasan.
“Sebagai Turki, kami juga ingin mengarahkan hubungan bertetangga geografis kami menuju kerja sama yang lebih dalam. Kami berharap Armenia akan mengulurkan tangan dalam solidaritas, mengambil kesempatan untuk membentuk masa depan bersama," ujar dia.
Erdogan mengatakan Turki berencana membuka konsulat jenderal di Kota Shusha yang baru saja dibebaskan sesegera mungkin. Dia juga mengatakan bahwa pertemuan Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi akan diadakan di Turki.
"Kami melanjutkan langkah demi langkah menuju tujuan kami untuk memperluas volume perdagangan kami menjadi USD15 miliar pada 2023," imbuh dia.
Erdogan mencatat bahwa mereka akan semakin memperluas ruang lingkup kerja sama komersial dan ekonomi bilateral. Turki menganggap Proyek Koridor Zangezur Azerbaijan penting dan menyatakan dukungan untuk proyek itu.
"Dengan mempraktikkan proyek ini, koridor tengah baru akan dibuka sehingga setiap orang dapat memperoleh manfaat dari timur ke barat; ini sangat penting," tambah dia
Deklarasi Shusha
Sebelum konferensi pers bersama, Erdogan dan Aliyev juga menandatangani Deklarasi Shusha.
“Dengan Deklarasi Shusha, kami menentukan peta jalan hubungan kami untuk periode baru,” kata Erdogan.
Turki dan Azerbaijan mendeklarasikan perluasan dan pendalaman hubungan bilateral dengan memeriksa semua aspek, sesuai dengan deklarasi yang ditandatangani antara Ankara dan Baku.
Berdasarkan deklarasi itu, kedua belah pihak akan saling mendukung jika ada ancaman atau serangan oleh negara ketiga terhadap kemerdekaan atau integritas teritorial mereka.
Kedua pihak menekankan bahwa kontribusi Turki memainkan peran penting dalam kegiatan bersama Turki dan Rusia di tanah pembebasan Azerbaijan.
Dengan pembukaan koridor Zangezur, menurut deklarasi itu, jalur kereta api Nakhchivan-Kars akan berkontribusi pada peningkatan hubungan antara Turki dan Azerbaijan lebih lanjut. Deklarasi Shusha juga menyebutkan bahwa kerja sama militer dan politik antara Turki dan Azerbaijan tidak melawan negara ketiga mana pun.
Deklarasi itu menyatakan bahwa klaim tak berdasar Armenia terhadap Turki dan upayanya untuk mendistorsi sejarah merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu. Turki dan Azerbaijan akan meningkatkan kerja sama, terutama melawan terorisme, kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba, dan imigrasi ilegal. Dewan keamanan kedua negara juga akan secara teratur mengadakan pertemuan bersama tentang masalah keamanan nasional.