REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara pada Jumat (18/6) menyatakan negaranya harus bersiap untuk "dialog dan konfrontasi" dengan pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden.
Dalam pertemuan ke-8 Komite Organisasi Sentral Partai Buruh Korea Utara, Kim Jong-un untuk pertama kalinya menunjukkan kesiapan untuk berhadapan dengan pemerintahan Biden.
“Sekretaris Jenderal menekankan perlunya dialog dan konfrontasi, khususnya untuk melindungi martabat negara kita, serta menjamin lingkungan yang damai dan keamanan negara,” kata Kantor Berita Pusat Korea.
Bulan lalu, Biden memilih Duta Besar Sung Y. Kim sebagai utusan khusus untuk Korea Utara, dan mengumumkan bahwa AS dan Korea Selatan bersedia untuk terlibat secara diplomatik dengan Korea Utara.
“Kedua negara bersedia untuk terlibat secara diplomatik dengan DPRK dalam mengambil langkah pragmatis yang akan mengurangi ketegangan menuju tujuan akhir kami, yaitu denuklirisasi Semenanjung Korea,” kata Biden saat konferensi pers gabungan dengan rekan sejawatnya dari Korea Selatan, Moon Jae-in, di Gedung Putih.
Pada Maret, Korea Utara telah menolak tawaran dari AS untuk berdialog, yang menurutnya hanya mungkin dilakukan jika kedua belah pihak mencapai "pijakan yang sama".
Dalam sebuah pernyataan, Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korea Utara Choe Son Hui mengatakan Washington telah berupaya melakukan kontak melalui beberapa saluran sejak pertengahan Februari. Mantan presiden AS Donald Trump mengadakan tiga putaran pembicaraan berturut-turut dengan Korea Utara, tetapi pada akhirnya tidak mampu mencapai kesepakatan tentang program nuklir dan rudal balistik.
*Ditulis oleh Islamuddin Sajid