Kamis 24 Jun 2021 20:00 WIB

Taiwan Kutuk Penutupan Surat Kabar Hong Kong Apple Daily

Surat kabar Apple Daily menerbitkan edisi terakhirnya hari ini

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nur Aini
Penduduk Hong Kong antre pada Kamis (24/6) mengambil salinan edisi terakhir surat kabar pro-demokrasi Apple Daily.
Foto: EPA/Jerome Favre
Penduduk Hong Kong antre pada Kamis (24/6) mengambil salinan edisi terakhir surat kabar pro-demokrasi Apple Daily.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI — Taiwan mengutuk penutupan surat kabar pro-demokrasi Hong Kong yang paling vokal, Apple Daily, Kamis (24/6) sebagai bentuk penindasan politik. Penutupan itu dinilai membunyikan ‘lonceng kematian’ bagi kebebasan berbicara dan media di wilayah tersebut.

Dewan Urusan Daratan China Taiwan yang membuat kebijakan, dalam sebuah pernyataan tentang penutupan Apple Daily, mengatakan, pihaknya merasa sangat menyesal dan mengutuk kejadian tersebut. Terlebih, ketika ada fakta bahwa media Hong Kong itu tidak dapat beroperasi karena penindasan politik yang dibawa oleh pemerintah nasional.

Baca Juga

"Insiden yang tidak menguntungkan ini tidak hanya membunyikan lonceng kematian bagi kebebasan pers, publikasi, dan berbicara di Hong Kong, tetapi juga memungkinkan masyarakat internasional untuk melihat sendiri totalitarianisme dan otokrasi rezim Partai Komunis," katanya dikutip Reuters, Kamis (24/6).

Lebih jauh, kata mereka, keinginan manusia untuk mencapai kebebasan dan demokrasi serta nilai-nilai universal lainnya tidak akan berakhir oleh sejarah. Sebaliknya, kata mereka, sejarah akan selalu mencatat wajah buruk mereka yang berkuasa menekan kebebasan.

Surat kabar ‘Apple Daily’ menerbitkan edisi terakhirnya Kamis ini, setelah tahun yang penuh badai di mana pemilik taipan dan staf lainnya ditangkap di bawah undang-undang keamanan nasional baru yang diberlakukan Beijing di Hong Kong. 

Hong Kong, telah menjadi sumber ketegangan lain antara Taipei dan Beijing. Hal itu terutama setelah Taiwan mengecam undang-undang keamanan baru yang diberlakukan Beijing di Hong Kong, dan mulai menyambut orang-orang Hong Kong untuk menetap di pulau demokrasi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement