Senin 28 Jun 2021 11:25 WIB

Bangladesh: Krisis Rohingya Masih Hantui Asia Selatan

Bangladesh menjadi negara paling terdampak krisis Rohingya

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Diplomat tinggi Bangladesh memperingatkan melindungi krisis Rohingya akan berdampak pada seluruh kawasan Asia Tenggara, tidak hanya Bangladesh negara yang paling terdampak krisis ini.

"Krisis yang sudah lama terjadi di Myanmar masih menghantui tidak hanya Bangladesh tapi juga kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan," kata Menteri Luar Negeri Bangladesh A. K. Abdul Momen dalam webinar yang berjudul Revisiting Contemporary Peace and Security Challenges in the South Asian Region, seperti dikutip Anadolu Agency, Ahad (28/6).

Baca Juga

Mengacu pada perdamaian dan stabilitas di kawasan, Momen menambahkan demi kepentingan orang-orang yang dipersekusi dan stabilitas di kawasan maka krisis Rohingya harus diselesaikan. "Dalam cara yang tahan lama sebagai prioritas utama," ujarnya.

Saat ini Bangladesh menjadi negara yang paling terdampak krisis Rohingya sebab mereka menampung lebih dari 1,1 juta minoritas muslim Myanmar tersebut. Negara Asia Selatan itu menanggung biaya ekonomi-sosial dan lingkungan yang cukup tinggi.

Organisasi kemanusiaan Amnesty International mencatat lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya yang sebagian besar perempuan dan anak-anak melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh. Hal itu setelah pasukan Myanmar menggelar penindakan terhadap komunitas itu pada Agustus 2017 lalu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement