Rabu 30 Jun 2021 07:17 WIB

Menlu Israel: Timur Tengah adalah Rumah Kami

Israel menginginkan perdamaian dengan negara tetangganya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin partai Yesh Atid, Yair Lapid.
Foto: AP/Sebastian Scheiner
Pemimpin partai Yesh Atid, Yair Lapid.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid meresmikan kedutaan besar di Uni Emirat Arab (UAE) pada Selasa (29/6). Dia menyatakan wilayah Timur Tengah adalah rumah bagi masyarakat Israel.

"Israel menginginkan perdamaian dengan tetangganya, dengan semua tetangganya. Kami tidak ke mana-mana. Timur Tengah adalah rumah kami," kata Lapid selama upacara pemotongan pita di kantor tinggi Abu Dhabi yang berfungsi sebagai kedutaan sementara Israel.

Baca Juga

Lapid menyatakan, Israel ingin menetap dan menyuarakan semua negara di Timur Tengah agar bisa mengakui keputusan tersebut. Dia pun ingin negara-negara di kawasan untuk datang dan melakukan pembicaraan.

Kunjungan dua hari Lapid adalah yang pertama ke negara Teluk oleh seorang menteri kabinet Israel sejak negara-negara itu menjalin hubungan tahun lalu. Dia akan menandatangani perjanjian bilateral tentang kerja sama ekonomi dan membuka konsulat Israel di Dubai pada Rabu (30/6).

Kedutaan Israel di Abu Dhabi memiliki tiga diplomat dan kepala misi, Eitan Na'eh, yang belum dikonfirmasi sebagai duta besar penuh. Konsulat di Dubai juga berlokasi di tempat sementara. Sedangkan, UEA secara resmi membuka kedutaannya di Israel, yang sementara berlokasi di bursa saham Tel Aviv, bulan ini.  

Disatukan oleh kekhawatiran bersama tentang Iran dan harapan untuk keuntungan komersial, UEA dan Bahrain menormalkan hubungan dengan Israel tahun lalu. Sudan dan Maroko sejak itu juga bergerak untuk menjalin hubungan dengan Israel mengikuti kesepakatan Abraham Accord yang didorong oleh pemerintahan Donald Trump.

Pemulihan hubungan regional disesalkan oleh Palestina. Presiden Mahmoud Abbas menolak kesepakatan itu sebagai ilusi dan menegaskan bahwa kekuatan kolonial telah menanamkan Israel sebagai benda asing di wilayah Timur Tengah untuk memecah Palestina dan membuat tetap lemah. Dwina Agustin/reuters

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement