REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed dan sejawatnya dari Israel Yair Lapid pada Kamis (1/7) menyatakan niat mereka untuk melanjutkan proses normalisasi hubungan bilateral.
Dalam artikel yang diterbitkan oleh harian Israel Yedioth Ahronoth, kedua menteri tersebut mengatakan UEA dan Israel menjadi model baru di kawasan itu dengan menjalin hubungan diplomatik.
“Dengan terjalinnya hubungan diplomatik antara UEA dan Israel, kedua negara kami menetapkan untuk menentukan paradigma baru untuk kawasan kami; yang ditentukan oleh upaya bersama untuk perdamaian, stabilitas, keamanan, kemakmuran, dan koeksistensi bagi rakyat kami,” ungkap laporan itu.
“Tekad kami untuk mewujudkan Kesepakatan [Abraham] berasal dari pengakuan kami bahwa kami memiliki banyak tujuan yang sama, terutama dalam komitmen kami untuk membina masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.”
“Jika kita memiliki kesempatan untuk menciptakan dunia yang damai bagi mereka, kita tidak boleh membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja,” bunyi artikel tersebut.
Kedua menteri juga mengatakan kesepakatan normalisasi UEA-Israel datang dengan latar belakang kekerasan dan ekstremisme di wilayah tersebut.
“Pendekatan kami, yang memprioritaskan pertukaran terbuka dan keterlibatan masyarakat, perlu mengatasi kekuatan yang akan mencoba melemahkannya,” lanjut mereka.
Pada Selasa, Lapid meresmikan kedutaan negaranya di Abu Dhabi, dan konsulat di Dubai sehari setelahnya. Pada September 2020, UEA dan Israel menandatangani kesepakatan yang disponsori AS untuk menormalkan hubungan mereka.
Sejak itu, kedua negara telah menandatangani puluhan perjanjian bilateral di berbagai bidang, termasuk investasi, layanan perbankan, dan pariwisata.