Jumat 02 Jul 2021 21:27 WIB

Pemukim Israel Masih Lanjutkan Pembangunan di Gunung Sabih

Pemukim Israel sepakat dengan pemerintah untuk meninggalkan pemukiman ilegal itu.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pria Palestina membawa seorang anak laki-laki menjauh dari tabung gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Israel selama protes terhadap pos terdepan pemukiman Yahudi Tepi Barat Eviatar yang dengan cepat didirikan bulan sebelumnya, di desa Palestina Beita, dekat kota Nablus, Tepi Barat, Jumat, 25 Juni 2021.
Foto: AP/Majdi Mohammed
Seorang pria Palestina membawa seorang anak laki-laki menjauh dari tabung gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Israel selama protes terhadap pos terdepan pemukiman Yahudi Tepi Barat Eviatar yang dengan cepat didirikan bulan sebelumnya, di desa Palestina Beita, dekat kota Nablus, Tepi Barat, Jumat, 25 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemukim Israel masih terus membangun di lokasi pemukiman ilegal di puncak gunung Sabih di Beita, Nablus, di bagian utara Tepi Barat. Padahal, mereka telah sepakat dengan pemerintah Israel untuk meninggalkan pemukiman ilegal tersebut.

The Times of Israel melaporkan, janji mereka untuk pergi dilaporkan dijamin sebagai bagian dari pakta yang masih bisa menyaksikan pemukiman diizinkan setelah adanya penyelidikan atas hak milik pribadi warga Palestina. Sebelumnya pada 21 Juni lalu media Israel melaporkan bahwa tentara Israel memerintahkan untuk mengevakuasi pemukiman ilegal Eviatar di puncak gunung Sabih.

Baca Juga

Menurut hukum internasional, pemukiman Israel di Tepi Barat semuanya ilegal. Sementara itu, Givat Eviatar telah diakui sebagai ilegal bahkan oleh Tel Aviv.

Meskipun mayoritas pemukim di Gunung Sabih bersiap untuk dievakuasi, namun media Haaretz melaporkan pada Kamis (1/7) bahwa beberapa pemukim masih membangun. Harian Israel ini mengatakan, para pemukim tersebut mengumumkan niat mereka untuk terus membangun sampai pada titik seharusnya mereka pergi.

Mereka menjelaskan bahwa mereka berniat untuk pergi, jika langkah itu terus berlanjut. Selain itu, Haaretz mengatakan penduduk ilegal Givat Eviatar telah menegaskan bahwa, meskipun ada klaim di media, tidak akan ada pangkalan militer yang dibuat di sana.

Mereka mengatakan keterlibatan tentara yang sedang berlangsung di daerah itu akan terbatas pada menjaga pemukiman bangunannya. Sementara itu, sejumlah pemukim yang tinggal di Eviatar menentang kesepakatan yang dicapai dengan pemerintah.

"Ada banyak kelemahan di dalamnya, tidak ada komitmen untuk jadwal pasti atau penjelasan tentang apa yang akan terjadi. Itu semua bisa runtuh," kata salah seorang pemukim Israel di Eviatar, dilansir di Al Araby, Jumat (2/7).

Beberapa pemukim juga mewaspadai fakta bahwa pihak berwenang belum menjelaskan apakah mereka berencana untuk membuat kesepakatan lisan atau lebih konkret, yakni secara tertulis.

Sementara itu, warga Palestina dari lingkungan tetangga Beita telah beralih ke apa yang disebut "kebingungan malam", berusaha untuk membuat para pemukim menjadi kacau, termasuk dengan membakar ban dan menyinari laser.

Namun demikian, tidak ada keterangan apapun yang menyebabkan para pemukim memutuskan untuk pergi dari pemukiman ilegal tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement