REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengkritik rencana Israel mencaplok wilayah Palestina dan mengusir secara paksa warganya dari rumah mereka. Hal itu dinilai memperburuk situasi dan melemahkan prospek solusi dua negara.
“Tindakan semacam itu (pencaplokan dan pengusiran warga Palestina) memperburuk ketegangan dan membuat solusi dua negara lebih sulit dicapai,” kata Acting Assistant Secretary for Near Eastern Affairs, Joey Hood, saat berbicara di webinar dengan Wilson Center yang berbasis di Washington pada Selasa (6/7), dikutip laman Al Arabiya.
Dia mengisyaratkan, AS tidak bisa menjadi aktor tunggal untuk menyelesaikan masalah Israel-Palestina. Menurutnya, komunitas internasional harus mencari cara agar kondisi dan parameter untuk membicarakan solusi dua negara dapat diterapkan kembali. “Karena saat ini, prospek itu tampaknya cukup jauh,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Hood mengapresiasi peran Yordania, Mesir, dan Qatar dalam proses pencapaian gencatan senjata di Jalur Gaza. “Namun masih banyak pekerjaan penting yang harus dilakukan untuk menghindari titik nyala di masa depan dan membantu membangun kembali,” ucapnya.
Dalam hal ini, AS tetap mengkritik tindakan provokasi yang dilakukan kelompok Hamas, terutama melalui serangan balon pembakar. Sebab, hal itu yang mendorong Israel melakukan serangan udara ke Gaza. “Presiden Biden dengan jelas mengatakan bahwa dia percaya warga Palestina dan Israel sama-sama layak untuk hidup dengan aman serta terlindungi dan menikmati ukuran kebebasan, kemakmuran, dan demokrasi yang sama,” ujar Hood.