REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut unjuk rasa di Kuba 'luar biasa' dan 'tuntutan jelas untuk kebebasan'. Ia memuji ribuan rakyat Kuba yang turun ke jalan memprotes kelangkaan pangan dan tinggi harga kebutuhan dasar di tengah krisi virus corona.
Unjuk rasa itu menjadi demonstrasi anti-pemerintah terbesar dalam beberapa puluh tahun terakhir. "Rakyat Kuba menuntut kebebasan mereka dari rezim otoriter," kata Biden dalam pertemuan singkat dengan wartawan sebelum bertemu walikota dan penegak hukum AS, seperti dikutip Macon.com, Selasa (13/7).
"Bila ingin jujur, sangat lama saya berpikir kami tidak akan pernah melihat unjuk rasa seperti ini," tambahnya.
Pernyataan itu menandai perubahan sikap pemerintah Partai Demokrat. Mantan Presiden Barack Obama meredakan ketegangan antara Washington dan Havana serta melonggarkan sanksi-sanksi ekonomi AS ke Kuba.
Mantan Presiden dari Partai Republik Donald Trump membatalkan langkah Obama tersebut. Ia membatasi perjalanan AS ke pulau tersebut, melarang warga AS melakukan transaksi dengan lusinan perusahaan di sana.
"Kami mendukung rakyat Kuba dan suara lantang mereka untuk kebebasan dan pembebasan dari cengkraman tragis pandemi dan dari represi dan penderitaan ekonomi yang mereka alami selama puluhan tahun di bawah rezim otoriter Kuba, rakyat Kuba dengan berani menegaskan hak-hak universal dan dasar mereka," kata Biden dalam pernyataan sebelumnya.