Rabu 14 Jul 2021 07:25 WIB

Afghanistan Berada di Ambang Krisis Kemanusiaan

Kegagalan kesepakatan damai di Afghanistan akan menyebabkan gelombang pengungsi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Logo UNHCR. Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Selasa (13/7) mengatakan, sebagian besar warga Afghanistan diperkirakan akan meninggalkan rumah mereka karena meningkatnya kekerasan.
Logo UNHCR. Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Selasa (13/7) mengatakan, sebagian besar warga Afghanistan diperkirakan akan meninggalkan rumah mereka karena meningkatnya kekerasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Selasa (13/7) mengatakan, sebagian besar warga Afghanistan diperkirakan akan meninggalkan rumah mereka karena meningkatnya kekerasan. UNHCR memperingatkan hal tersebut, ketika Taliban menguasai sebagian besar distrik penting di Afghanistan sebagai tanggapan atas penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS).

"Afghanistan berada di ambang krisis kemanusiaan. Ini dapat dihindari. Ini harus dihindari," ujar juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Babar Baloch.

Baca Juga

Baloch mengatakan, kegagalan untuk mencapai kesepakatan damai di Afghanistan akan menyebabkan terjadinya gelombang pengungsi. Hal itu dapat berdampak pada negara tetangga dan sekitarnya.

UNHCR mengatakan, sekitar 270 ribu warga Afghanistan telah mengungsi di sejak Januari. Sehingga total penduduk yang terpaksa meninggalkan rumah mereka menjadi lebih dari 3,5 juta.

Baloch mengatakan, warga Afghanistan yang terpaksa melarikan diri telah menyalahkan situasi keamanan, termasuk insiden pemerasan oleh kelompok bersenjata, dan alat peledak improvisasi (IED) di jalan-jalan utama. Mereka juga mengaku telah kehilangan pendapatan, dan mengalami gangguan layanan sosial. UNHCR yang mengutip angka dari Misi Bantuan PBB di Afghanistan, mengatakan, jumlah korban sipil telah meningkat sebesar 29 persen selama kuartal pertama dibandingkan dengan 2020.

"Kami mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan dukungan kepada pemerintah dan rakyat Afghanistan, dan negara tetangganya pada saat kritis ini," kata Baloch.

Jenderal AS yang memimpin perang di Afghanistan, Austin Miller, melepaskan komando pada sebuah upacara di ibu kota, Kabul, pada Senin (12/7). Pasukan AS telah meninggalkan Afghanistan secara diam-diam. Presiden AS Joe Biden mengakui bahwa, masa depan Afghanistan masih belum menemukan titik terang. Namun, Biden mengatakan, rakyat Afghanistan harus memutuskan nasib mereka sendiri. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement