REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) sedang mengembangkan artileri baru dan sistem pertahanan roket jarak pendek yang meniru Iron Dome milik Israel. Pengembangan itu merupakan peningkatan lebih lanjut perangkat militer Korsel di tengah ketegangan di Semenanjung Korea.
Sistem pertahanan roket terbaru Korsel dirancang untuk mempertahankan ibu kota Seoul, termasuk fasilitas vital dan infrastruktur militer, dari potensi serangan Korea Utara (Korut). Secara teknis, Korsel dan Korut sebenarnya masih berperang. Kedua negara belum menandatangani perjanjian damai setelah terlibat perang pada 1950-1953.
Korsel ingin menciptakan sistem pencegat artileri yang lebih kapabel dibanding Iron Dome milik Israel. “Iron Dome merespons roket yang ditembakkan kelompok militan, seperti Hamas dan pasukan tak teratur, secara sporadis. Beberapa bagian dari sistem akan memiliki kesamaan, tapi apa yang akan kami bangun dirancang untuk mencegat artileri jarak jauh Korut, yang membutuhkan tingkat teknologi lebih tinggi mengingat situasi keamanan saat ini,” ungkap juru bicara Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korsel (DAPA) Kolonel Suh Yong-won, dikutip laman Aljazirah, Kamis (15/7).
Oleh sebab itu, Suh menyebut, sistem pencegat artileri negaranya diperkirakan akan lebih mahal dibanding Iron Dome. Para ahli yakin Korsel mampu mengembangkan pertahanan rudal yang efektif mencegat serangan artileri dan roket Korut. Persoalannya adalah harga.
“Tidak ada pilihan bagi Korsel, mau bagaimana lagi. Korsel khawatir bahwa Korut dapat menembakkan artileri jarak jauhnya tanpa banyak rasa takut akan pembalasan,” kata Direktur Pusat Studi Korut di Seoul National University, Jo Dong Joon.
Gagasan untuk menciptakan sistem pertahanan udara muncul pada 2010. Kala itu Korut menembaki pulau perbatasan Yeonpyeong dan menewaskan empat orang. Menurut surat kabar Hankyoreh, setelah insiden tersebut, otoritas Korsel mempertimbangkan memperkenalkan sistem Iron Dome.
Korut diperkirakan memiliki 10 ribu artileri, termasuk peluncur roket. Mereka disiagakan di wilayah utara zona demiliterisasi yang jaraknya kurang dari 100 kilometer dari Seoul dan 25 juta penduduknya.