REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) akan tetap menerapkan pembatasan perjalanan, baik keluar maupun masuk negara tersebut, untuk sementara. Hal itu karena adanya lonjakan kasus baru Covid-19 varian delta.
"Varian delta yang lebih menular menyebar baik di sini maupun di seluruh dunia. Didorong varian delta, kasus meningkat di sini, di dalam negeri, terutama di antara mereka yang tidak divaksinasi dan tampaknya akan berlanjut dalam beberapa pekan ke depan,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki pada Senin (26/7), dikutip laman Anadolu Agency.
Saat ditanya kapan kemungkinan pembatasan perjalanan diperketat atau dilonggarkan, Psaki tak dapat memastikan. Menurutnya Gedung Putih akan menunggu dan mengikuti rekomendasi dari Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).
AS telah memberlakukan pembatasan perjalanan selama lebih dari setahun di beberapa bagian Eropa dan Brasil. Dibanding AS, negara-negara asing lebih membuka pintu bagi warga dari Negeri Paman Sam. Kanada, yang berbatasan langsung dengan AS, sangat frustrasi dengan pembatasan perjalanan.
Kanada akan menerima kunjungan warga AS yang telah divaksinasi penuh pada 9 Agustus. Namun AS tidak akan membuka perbatasannya untuk warga Kanada. Warga AS yang sudah divaksinasi penuh juga diperkenankan berkunjung ke Inggris. Namun pekan lalu, CDC mengimbau warga AS untuk tidak melakukan perjalanan semacam itu.
AS masih menempati posisi pertama sebagai negara dengan Covid-19 terbanyak di dunia. Sejauh ini Negeri Paman Sam sudah mencatatkan 34,4 juta kasus dengan korban meninggal mencapai lebih dari 610 ribu jiwa.