REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Protes yang dipicu oleh krisis air di Iran menyebar ke ibu kota Teheran pada Senin (26/7). Video yang dibagikan secara daring menunjukkan para demonstran meneriakkan slogan-slogan menentang penguasa teokratis negara itu.
Video lain menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan "matilah diktator" dengan sebuah nyanyian yang digunakan secara teratur dalam demonstrasi anti-pemerintah di Iran melawan otoritas tertinggi negara itu, Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei. Protes yang dipicu oleh krisis air telah berlangsung di Iran sejak 15 Juli.
Protes awalnya terkonsentrasi di daerah mayoritas Arab di provinsi Khuzestan barat daya yang kaya minyak. Wilayah ini merupakan rumah bagi etnis Arab yang telah lama mengeluhkan diskriminasi di Iran. Namun demonstrasi telah menyebar ke lebih banyak kota di Khuzestan serta ke bagian lain negara itu.
Pada pekan lalu, pengunjuk rasa turun ke jalan di Tabriz, ibu kota provinsi barat laut provinsi Azerbaijan Timur, untuk menyatakan dukungan bagi pengunjuk rasa di Khuzestan. Protes solidaritas dengan Khuzestan juga pecah di provinsi tetangga barat Lorestan. Demonstran di kota Aligudarz Lorestan meneriakkan slogan-slogan menentang Khamenei sebagaimana ditunjukkan sebuah video yang dibagikan di media sosial.
Iran sejauh ini telah mengonfirmasi kematian lima orang, termasuk seorang petugas polisi, dalam kekerasan yang terkait dengan protes. Para pejabat Iran menyalahkan perusuh yang tidak dikenal atas kematian tersebut.
Dikutip dari Al Arabiya, aktivis menolak narasi resmi dan mempertahankan kematian itu disebabkan oleh pasukan keamanan yang menembaki pengunjuk rasa. Pejabat Iran, yang biasanya menggunakan istilah perusuh untuk merujuk pada pengunjuk rasa, telah menyalahkan mereka atas kematian di masa lalu.
Kelompok HRANA mengatakan dapat mengidentifikasi 10 orang tewas dan 102 orang ditahan sehubungan dengan protes di Khuzestan pada 24 Juli. Amnesty International sebelumnya menyatakan pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya delapan pengunjuk rasa dan pengamat di Khuzestan sejak protes meletus di provinsi itu pada 15 Juli.
Khamenei pun akhirnya angkat bicara atas protes dan jatuhnya korban jiwa. Dia menyatakan para pengunjuk rasa tidak dapat disalahkan dan meminta para pejabat untuk menangani kekurangan air.
Krisis air telah menghancurkan pertanian dan peternakan yang merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak orang di Khuzestan, khususnya di wilayah mayoritas Arabnya. Pihak berwenang menyalahkan kekurangan air pada kekeringan parah. Akan tetapi pengunjuk rasa di Khuzestan mengatakan korupsi dan salah urus pemerintah, serta kebijakan diskriminatif yang bertujuan mengubah demografi kawasan, yang harus disalahkan.