REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kementerian Kesehatan Thailand mengakui kurangnya tempat tidur rumah sakit dan fasilitas isolasi di Bangkok pada Kamis (29/7). Kasus dan kematian Covid-19 melonjak ke rekor terbaru.
"Saya berbicara terus terang kami tidak memiliki cukup tempat tidur di rumah sakit," kata direktur jenderal Departemen Layanan Medis kementerian kesehatan Somsak Akkasilp dikutip dari Aljazirah.
Negara Asia Tenggara itu sedang berjuang untuk menahan wabah yang dipicu oleh Covid-19 varian Delta yang sangat menular. Saat infeksi dan kematian meroket, sistem perawatan kesehatan mulai kewalahan.
Provinsi-provinsi yang terkena dampak paling parah memberlakukan pembatasan ketat dan jam malam. Thailand pada Kamis (29/7) mencatat rekor satu hari baru dengan 17.669 kasus dan 165 kematian.
"Di rumah sakit besar, semua [unit perawatan intensif] terlalu sibuk. Mereka memiliki 10 tempat tidur untuk ICU tetapi mereka harus menangani 12 kasus ICU," kata Somsak.
Somsak menambahkan bahwa petugas medis baru bisa memindahkan pasien kritis dari ruang gawat darurat setelah tempat tidur dikosongkan. Rumah sakit di ibu kota memiliki kapasitas untuk menangani 1.000 pasien baru setiap hari, tetapi Somsak mengatakan mereka telah melewati jumlah itu dengan 4.000 kasus baru tercatat pada Kamis di Bangkok saja.
Sementara pihak berwenang mulai merekomendasikan isolasi mandiri di rumah untuk kasus-kasus yang lebih ringan, tetapi ada masalah dengan penyediaan obat-obatan kepada mereka. Selain itu, fasilitas isolasi dan karantina kota semakin terisi, otoritas metropolitan bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk memberikan lebih banyak tempat tidur.
"Tapi saya harus berbicara terus terang, tidak peduli berapa banyak kita meningkatkannya, itu tidak akan cukup untuk wabah saat ini," kata Somsak.
"Kami belum tahu apakah pandemi ini sudah mencapai puncaknya, kami harus meratakan kurvanya," ujar Somsak.