REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan donasi vaksin Covid-19 dari Amerika Serikat berperan penting dalam keputusannya untuk memulihkan Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA).
Media lokal Phil Star melaporkan Duterte sebelumnya mengancam akan membatalkan perjanjian VFA yang sudah berlangsung puluhan tahun apabila tanpa konsesi dari AS, seperti pengiriman vaksin atau pembayaran lainnya.
“Kami 'memberi dan menerima'. Jadi kami berterima kasih kepada mereka, dan saya membuat konsesi. Saya mengakui kelanjutan Perjanjian Kunjungan Pasukan sebagai rasa terima kasih,” ungkap Duterte, seperti diberitakan Phil Star, Selasa (3/8).
Duterte menyampaikan pernyataan tersebut dalam rekaman yang tayang pada Senin malam, menjelang pengiriman tiga juta dosis vaksin Moderna dari AS pada Selasa. Presiden Duterte diperkirakan akan menyambut kedatangan sumbangan vaksin dari Washington tersebut.
AS telah mengirim lebih dari 3,2 juta dosis vaksin Johnson & Johnson kepada Filipina pada Juni.
“Saya ingin berterima kasih kepada presiden Amerika Serikat, (Joe) Biden, pemerintah dan rakyat Amerika karena tidak melupakan kami,” ucap Duterte.
Sebelumnya, Duterte memutuskan memulihkan perjanjian VFA menyusul pertemuannya dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Manila, pada pekan lalu. Adapun perjanjian VFA memungkinkan pasukan kedua negara untuk menggelar latihan militer bersama di Filipina.
Pada Februari 2020, Filipina menarik perjanjian VFA karena beragam faktor, termasuk pembatalan visa senator Ronald Dela Rosa oleh AS dan campur tangan negeri Paman Sam itu dalam urusan internal.
Filipina telah menangguhkan penarikan VFA sebanyak tiga kali untuk periode masing-masing enam bulan sejak Juni 2020.