Kamis 05 Aug 2021 17:36 WIB

Korea Selatan Berkomitmen Lanjutkan Dialog dengan Korut

Korsel ingin melibatkan masyarakat internasional dalam dialog dengan Korut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera Korea Selatan dan Korea Utara. Ilustrasi. Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Chung Eui-yong menegaskan komitmen negaranya untuk melanjutkan dialog dengan Korea Utara (Korut).
Foto: gallerychip.com
Bendera Korea Selatan dan Korea Utara. Ilustrasi. Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Chung Eui-yong menegaskan komitmen negaranya untuk melanjutkan dialog dengan Korea Utara (Korut).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Chung Eui-yong menegaskan komitmen negaranya untuk melanjutkan dialog dengan Korea Utara (Korut). Dalam prosesnya, ia hendak melibatkan masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat (AS).

 

Baca Juga

Komitmen mengenai keinginan berdialog dengan Korut disampaikan Chung saat berpartisipasi dalam East Asia Summit (EAS) yang digelar secara virtual pada Rabu (4/8). "Menteri Chung menjelaskan kemajuan terbaru di Semenanjung Korea, termasuk pemulihan jalur komunikasi antar-Korea. Dia juga menyatakan keinginan melakukan upaya untuk melanjutkan dialog berdasarkan kerja sama erat dengan masyarakat internasional, termasuk AS, dan meminta dukungan dari EAS mengenai upaya tersebut,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korsel dalam sebuah pernyataan pada Kamis (5/8), dikutip laman Yonhap.

 

Menurut Kemlu Korsel, dalam EAS, para peserta berbagi pemahaman tentang pentingnya dialog untuk mencapai denuklirisasi dan perdamaian permanen di Semenanjung Korea. Akhir Juli lalu, Korsel mengatakan telah menyampaikan proposal baru ke Korut untuk membahas pengaturan sistem konferensi virtual guna mengadakan pembicaraan antar-Korea. Proposal itu dibuat melalui hotline yang telah dipulihkan setelah hampir 14 bulan ditangguhkan.

 

Sebelumnya, Korut telah dua kali terlibat dalam pembicaraan tentang denuklirisasi dengan AS. Pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu langsung dengan mantan presiden AS Donald Trump. Mereka pertama kali bertemu di Singapura pada Juni 2018. Sementara pertemuan kedua berlangsung di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019.

Namun, kedua pertemuan itu gagal menghasilkan kesepakatan. Hal tersebut disebabkan karena Washington enggan mencabut sanksi ekonominya terhadap Pyongyang. Sementara Korut, yang telah menutup sebagian fasilitas nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksinya sebelum proses denuklirisasi dilanjutkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement