REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Uni Eropa pada Kamis menyerukan gencatan senjata "mendesak, komprehensif dan permanen" di Afghanistan untuk "membuka kesempatan perdamaian."
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell dan Komisaris Uni Eropa untuk Penanggulangan Krisis Janez Lenarcic dalam sebuah pernyataan bersama mengutuk "peningkatan kekerasan yang signifikan" di Afghanistan yang disebabkan oleh "serangan intensif" Taliban.
Pernyataan itu secara khusus menyebutkan serangan bersenjata pekan lalu di kantor Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) di provinsi Herat, dan pertempuran di Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand, menyebabkan sedikitnya 40 korban sipil.
Selain itu serangan bom mobil mematikan Selasa kemarin yang menargetkan kediaman Menteri Pertahanan Afghanistan Bismillah Mohammadi telah menewaskan delapan orang dan melukai 20 lainnya.
“Kekerasan yang tidak masuk akal ini menimbulkan penderitaan besar bagi warga Afghanistan dan meningkatkan jumlah pengungsi lokal yang mencari keselamatan dan tempat berlindung. Serangan Taliban bertentangan dengan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik dan proses perdamaian Doha," tutur pernyataan itu.
"Beberapa dari tindakan ini bisa menjadi kejahatan perang dan harus diselidiki. Para militan atau komandan Taliban yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban," tambah dia.
Pemerintah Afghanistan pada Rabu menegaskan kembali seruannya agar Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan darurat terkait kekerasan yang sedang berlangsung di negara itu.
PBB telah mendokumentasikan 5.183 korban sipil yang mengkhawatirkan di Afghanistan, 1.659 tewas, dan 3.524 terluka pada paruh pertama tahun ini, meningkat 47 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.