REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Mantan kepala kehakiman dan tokoh konservatif terkemuka Iran Ebrahim Raeisi pada Kamis dilantik sebagai presiden baru negara itu di hadapan pejabat tinggi asing.
Raeisi mengklaim menang telak dalam pemilihan presiden bulan Juni lalu, di mana dia terpilih dalam pemilu yang jumlah partisipasi terendah dalam sejarah Iran, dan dilantik oleh ketua hakim Mohsen Eje'i di parlemen.
Di antara pejabat asing yang menghadiri upacara tersebut adalah Presiden Irak Barham Salih, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Wakil Presiden Venezuela Menendez Prieto, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Perdana Menteri Aljazair Benabderrahmane, kepala parlemen Rusia Vyacheslav Volodin dan lainnya.
Pejabat senior dari Palestina, Suriah, Turki, Lebanon, India, Pakistan, dan Uni Eropa juga hadir dalam acara tersebut.
Dalam sambutan pembukaannya, ketua parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf menyebut babak politik baru dimulai dan dia memberikan dukungannya kepada sekutu dekatnya yang konservatif.
Dia mengatakan Iran "berdiri teguh" dalam perang melawan "hegemoni global," serta menegaskan kembali dukungan parlemen kepada pemerintah baru Iran.
Sebelum upacara pelantikan, presiden Iran yang baru terpilih mengadakan pembicaraan terpisah dengan para pemimpin dunia yang berkunjung pada Rabu dan Kamis.
Pada Selasa, Raeisi secara resmi disahkan sebagai presiden kedelapan Iran dalam sebuah upacara di Teheran yang dihadiri oleh pejabat tinggi sipil dan militer, menandai berakhirnya dua masa jabatan Hassan Rouhani.