Sabtu 07 Aug 2021 19:48 WIB

Israel dan Hizbullah Kembali Memanas

Hizbullah melepaskan tembakan roket ke arah wilayah Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL berpatroli di Garis Biru yang memisahkan antara Israel dan Libanon, dekat desa Israel Metula, 28 Juli 2020. Israel pada 27 Juli mengatakan pasukan Israel menggagalkan upaya infiltrasi Hezbollah dari Libanon. Namun Hizbullah membantah terlibat dalam bentrokan lintas batas.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL berpatroli di Garis Biru yang memisahkan antara Israel dan Libanon, dekat desa Israel Metula, 28 Juli 2020. Israel pada 27 Juli mengatakan pasukan Israel menggagalkan upaya infiltrasi Hezbollah dari Libanon. Namun Hizbullah membantah terlibat dalam bentrokan lintas batas.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Israel dan Hizbullah memanas. Kelompok Hizbulla mengaku telah melepaskan sebanyak 20 roket yang menargetkan Israel.

"Pada pukul 11.15 pagi, Perlawanan Islam merespons agresi Israel dengan menargetkan sekitar pos Israel di Pertanian Shebaa dengan lusinan roket yang ditembakan dari dari hutan yang jauh dari pemukiman," kata Hizbullah dalam pernyataan yang dikutip the Jerusalem Post, Sabtu (7/8).

Baca Juga

Sistem pertahanan Iron Dome menghalau 10 roket, sementara enam lainnya jatuh di ruang terbuka wilayah Israel dekat perbatasan Lebanon, Har Dov. Sisanya jatuh di dalam Lebanon.

Sirene roket aktif di pemukiman di sebelah utara Israel yang berbatasan dengan Lebanon dan Suriah. Termasuk perbatasan sebelah utara seperti Ein Quiniyye, Neveh Ativ dan Snir. Tidak ada korban jiwa atau luka dalam serangan ini.

Ketegangan ini bermula ketika Angkatan Bersenjata Israel (IDF)  melepaskan artileri ke arah Gunung Dov/Pertanian Shebaa di Lebanon. Serangan itu disebut Israel sebagai aksi balasan.

Juru bicara militer Israel Brigadir Jenderal Ran Kohav mengatakan Hizbullah sengaja menembak ke arah ruang terbuka bukan pemukiman warga. "Bila Hizbullah ingin respons yang signifikan, mereka dapat melakukannya," kata Kohav.

"Kami tidak tertarik dengan eskalasi tapi kami akan terus memastikan perbatasan utara tidak menjadi garis konfrontasi, tidak ada pihak yang ingin berperang tapi di satu sisi, kami tidak akan menerima bila ini terus berlanjut, setiap dua tiga pekan ada tembakan ke arah utara," tambahnya.

Menurut Kohav, tentara Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) menemukan peluncur roket multi-laras dan menangkap anggota Hizbullah yang meluncurkan serangan. Dalam sebuah video di media sosial terlihat dua orang anggota Hizbullah dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil oleh orang desa Druze di Kota Shwayya.  

LAF menangkap empat orang milisi yang menembakan roket, satu orang dibebaskan. Perdana Menteri Israel mengadakan rapat darurat dengan pejabat seniornya di markas militer Kirya di Tel Aviv.

Menteri Pertahanan Benny Gantz, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Aviv Kohavi dan sejumlah penjabat tinggi militer membahas opsi yang dimiliki Israel. Gantz juga melakukan mengasesmen situasi di Kirya bersama Kohavi, Kepala Direktorat Operasi IDF Mayor Jenderal Oded Basiuk dan kepala Direktorat Intelijen Mayor Jenderal Tamir Heyman untuk menentukan respons Israel.

Serangan ini menjadi serangan keenam dalam beberapa bulan terakhir. Pertama kalinya Hizbullah mengaku sebagai dalang serangan.

Dalam pernyataannya Hizbullah mengatakan serangan itu sebagai balasan atas tembakan Angkatan Udara Israel (IAF) pada Kamis (5/8) pagi. IDF melepaskan tembakan sekitar 100 artileri ke arah lokasi penembakan dan kemudian menggelar serangan udara.

Gantz berbicara dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin. Ia mengatakan Israel masih menawarkan bantuan kemanusiaan ke Lebanon. Tapi mereka siap menghadapi semua skenario.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement