REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Militer Israel telah menembak jatuh pesawat nirawak (drone) milik kelompok Hizbullah Lebanon. Baru-baru ini, kedua belah pihak terlibat dalam konfrontasi.
Dalam keterangan yang dirilis pada Kamis (12/8), militer Israel mengungkapkan, pesawat drone Hizbullah berusaha memasuki wilayah udara Israel dari Lebanon pada Rabu (11/8). “Pasukan kami memantau dan berhasil menjatuhkan drone itu,” kata militer Israel.
Militer Israel tak mengungkap rincian teknis tentang pesawat drone tersebut. Namun laporan media menyebut, pesawat itu tak bersenjata dan kemungkinan sedang dalam misi pengintaian. “Kami akan terus beroperasi mencegah segala upaya melanggar kedaulatan Israel,” ujar militer Israel.
Perbatasan Israel-Lebanon memanas pekan lalu. Hizbullah meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel. Aksi itu kemudian dibalas dengan serangan udara dan tembakan artileri oleh Tel Aviv. Kedua belah pihak sama-sama menargetkan tanah terbuka. Hal tersebut mengindikasikan, baik Israel maupun Hizbullah enggan terlibat dalam eskalasi lebih dalam.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya siap merespons serangan udara yang diarahkan Israel ke Lebanon. Dia pun memperingatkan, Hizbullah dapat meningkatkan aksi militernya di masa mendatang.
Nasrallah mengungkapkan, serangan udara Israel ke Lebanon pekan lalu merupakan perkembangan berbahaya. Hal itu belum pernah terlihat dalam 15 tahun terakhir. Dia mengatakan Hizbullah akan merespons setiap serangan udara Israel dengan cara yang cepat dan proporsional.
"Kami memilih kemarin membuka lahan di area perkebunan Shebaa untuk mengirim pesan, dan untuk mengambil langkah. Nanti kami dapat meningkatkan dengan langkah lain,” kata Nasrallah dalam pidatonya pada Sabtu (7/8).
Israel telah menerima beberapa kali serangan roket dari Lebanon. Situasi di perbatasan kedua negara pun sangat mudah memanas. Pada 2006, Israel diketahui sempat bertempur dengan Hizbullah yang diyakini mendapat dukungan Iran.