REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan akan mengurangi staf diplomatik di kedutaan besarnya di Kabul, Afghanistan. Langkah itu diambil saat Taliban terus merebut dan menguasai wilayah-wilayah di negara tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, pengurangan staf diplomatik di kedutaan besar di Kabul akan dilakukan dalam beberapa pekan mendatang. Pentagon bakal mengirim pasukan tambahan guna meningkatkan keamanan di Bandara Internasional Hamid Karzai saat proses penjemputan para staf.
“Biarkan saya memperjelas hal ini; kedutaan tetap buka dan kami berencana melanjutkan pekerjaan diplomatik kami di Afghanistan. AS akan terus mendukung layanan konsuler dan itu termasuk pemrosesan serta pengoperasian program Special Immigrant Visa (SIV), dan kami akan terus terlibat dalam diplomasi dengan Pemerintah Afghanistan,” kata Price pada Kamis (12/8), dikutip laman Anadolu Agency.
Departemen Luar Negeri AS menolak mengungkapkan berapa banyak staf diplomatik yang meninggalkan Afghanistan. Pentagon mengatakan, tiga batalyon infanteri yang terdiri dari sekitar 3.000 tentara bakal dikerahkan ke bandara Kabul dalam dua hari ke depan. Sementara, 1.000 personel tambahan akan diutus ke Doha, Qatar, untuk membantu pemrosesan pelamar SIV.
Sebuah brigade infanteri tempur tambahan akan dikirim ke Kuwait serta Kabul jika diperlukan guna memberikan keamanan tambahan di bandara. Pentagon mencatat pihaknya mengantisipasi menerbangkan staf kedutaan keluar dari Kabul.
Pada Kamis pagi, Taliban berhasil menguasai markas dan bandara Afghan National Army's 217th Pamir Corps di provinsi utara Kunduz yang strategis. Hal itu memaksa tentara Afghanistan melarikan diri. Taliban kemudian menyita semua senjata dan amunisi di fasilitas tersebut.
Taliban pun berhasil merebut Ghazni di Afghanistan tengah. Dengan keberhasilan tersebut, Taliban telah menguasai sepuluh ibu kota provinsi di negara tersebut. Ghazni hanya terletak 150 kilometer dari Kabul.