Senin 16 Aug 2021 09:53 WIB

Rusia: Belum Saatnya Mengakui Taliban

Rusia mengaku tak khawatir dengan situasi yang terjadi di Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.
Foto: EPA
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Utusan presiden Rusia untuk Afghanistan, Zamir Kabulov, mengatakan, belum saatnya untuk mengakui Taliban sebagai otoritas sah Afghanistan. Kabulov pada Ahad (15/8) mengatakan kepada kantor berita RIA bahwa Rusia siap bekerja dengan pemerintahan sementara di Afghanistan pada masa mendatang.

Menurut Kabulov, Rusia tidak khawatir dengan situasi di Afghanistan karena memiliki hubungan baik dengan Taliban dan pemerintah Afghanistan.  Setelah merebut sebagian besar ibu kota provinsi strategis utama dalam beberapa hari terakhir, Taliban pada Ahad telah mengambilalih ibu kota Kabul.

Baca Juga

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bersama para penasihat dekatnya meninggalkan Kabul ketika situasi negara sedang dalam kekacauan.

Setelah kepergian Ghani, mantan Presiden Hamid Karzai bersama politisi veteran Gulbuddin Hekmatyar dan perunding perdamaian terkemuka Abdullah Abdullah membentuk sebuah dewan. Dewan ini bertujuan untuk memastikan kelancaran transfer kekuasaan.

Juru bicara Taliban Mohammad Naeem mengatakan kepada Aljazirah bahwa perang telah berakhir di Afghanistan. Dia mengatakan, Taliban akan segera membentuk rezim pemerintahan baru.

Naeem meyakinkan semua orang bahwa Taliban akan memberikan keamanan bagi warga negara dan misi diplomatik. Taliban juga siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afghanistan. "Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afghanistan dan akan menjamin perlindungan yang diperlukan," kata Naeem.

Baca juga : Taliban akan Umumkan Negara Emirat Islam di Istana Presiden

Naeem mengatakan, Taliban mengambil setiap langkah secara bertanggung jawab dan ingin berdamai dengan semua orang. Taliban memasuki Kabul dan menggeruduk istana kepresidenan pada Ahad. Sementara Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan di tengah situasi negara yang sedang genting.

Naeem mengaku tidak menyangka bahwa Ghani akan melarikan diri dari Afghanistan. Dia mengatakan, Taliban telah menuai hasil dari upaya dan pengorbanannya selama 20 tahun.  

"Kami telah mencapai apa yang kami cari, yaitu kebebasan negara kami dan kemerdekaan rakyat kami. Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah kami untuk menargetkan siapa pun, dan kami tidak ingin menyakiti orang lain," kata Naeem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement