REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan negaranya siap mengerahkan kembali pasukan militer ke Afghanistan untuk memerangi terorisme jika diperlukan. Kendati demikian, ia menilai ancaman teroris terhadap Washington telah menurun.
“Kami tidak akan mengulangi kesalahan masa lalu di Afghanistan. Saya tidak akan membiarkan lebih banyak nyawa orang Amerika hilang di Afghanistan. Kami tidak akan mengulangi kesalahan masa lalu dan melanjutkan perang tanpa akhir di Afghanistan,” kata Biden, Selasa (17/8).
BACA JUGA: Ini Sosok Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Emirat Islam
Menurut Biden, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan lebih cepat dari yang diperkirakan negaranya. Dia menyalahkan pemerintah dan militer Afghanistan karena kurangnya perlawanan. “Para pemimpin politik Afghanistan menyerah dan melarikan diri dari negara itu. Militer Afghanistan runtuh, dan terkadang tanpa berusaha melawan,” ujarnya.
Kendati demikian, Biden berjanji pemerintahannya akan terus memberikan dukungan yang diperlukan kepada rakyat Afghanistan. Ia menyatakan AS pun telah mengancam Taliban jika mereka menyerang kepentingan Washington di negara tersebut.
Biden mengungkapkan kedutaan besar AS di Kabul telah ditutup dengan aman. “Saya telah memerintahkan pengerahan 6.000 tentara ke Afghanistan untuk mengamankan evakuasi. Telah terbukti bahwa tentara terbaru tidak akan mampu menciptakan Afghanistan yang stabil dan aman,” ucapnya.
BACA JUGA: Sisa Jasad Manusia Ditemukan di Roda Pesawat AS dari Kabul
Keberhasilan Taliban menguasai kembali Afghanistan tak terlepas dari keputusan Biden menarik seluruh pasukan AS dari negara tersebut. Selama dua dekade terakhir, Washington merupakan sekutu utama Pemerintah Afghanistan dalam memerangi Taliban. Meski dibanjiri kritik, Biden menilai keputusannya menarik seluruh personel militer AS dari Afghanistan sebagai langkah tepat.