REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Setelah lima tahun frustrasi terperosok dalam penundaan birokrasi, Bahaudin Mujtaba dan istrinya Lisa berharap dapat membawa anak Afghanistan berusia 10 tahun yang diadopsi ke rumah mereka di Florida tahun ini. Dengan runtuhnya pemerintah Afghanistan, pasangan itu berusaha mati-matian untuk membawa anak itu, Noman, dalam penerbangan keluar dari Kabul untuk pergi ke mana pun sebelum kesempatan untuk pergi menghilang.
Dalam kekacauan setelah pengambilalihan Taliban, Noman dan keluarga lain mencoba untuk sampai ke bandara pada Selasa (17/8). Setelah melalui jalan-jalan yang tersumbat, pos pemeriksaan, dan tembakan, mereka dipaksa untuk kembali.
Profesor di Nova Southeastern University itu mengatakan mereka berharap bisa mencoba lagi untuk sampai ke bandara pada Rabu (18/8). "Saya meneteskan air mata pagi ini dan istri saya berlinang air mata. Saya tidak bisa mengatakan banyak hal lain selain ‘Lakukan saja’ dan ‘Hati-hati’,” ujarnya.
Pengambilalihan dramatis Taliban atas Afghanistan telah bergema di seluruh dunia. Bagi keluarga seperti Mujtaba, kondisi ini dampaknya sangat cepat, sangat pribadi, dan berpotensi mengubah hidup.
Hampir pasti Taliban tidak akan menegakkan perjanjian adopsi dari pemerintah Afghanistan yang runtuh. Harapan terbaik dari pasangan AS itu adalah mengeluarkan bocah itu dengan cepat. "Begitu mereka sampai di bandara, itu hanya masalah waktu tunggu. Namun menunggu beberapa jam atau beberapa hari," kata Mujtaba.
Baca juga : Wakil Taliban Tampil di TV dengan Pembawa Berita Perempuan
Noman saat ini berada dalam tahanan keluarga lain yang juga mencoba pergi. Mungkin mereka bisa membawa anak itu ke negara terdekat seperti Pakistan atau wilayah mana pun. "Namun tujuan pertama adalah mengeluarkannya dari Afghanistan dengan selamat," kata Mujtaba.
Tidak jelas berapa banyak di antara kerumunan orang yang mencoba melarikan diri dari Afghanistan termasuk anak-anak angkat yang potensial seperti Noman. Satu keluarga AS lainnya yang berbasis di Indiana, bekerja dengan agen adopsi yang sama dengan Mujtaba dan berusaha mengeluarkan seorang anak laki-laki berusia dua tahun ke luar negeri.
Direktur Eksekutif Frank Adoption Center di Wake Forest, North Carolina, dan bekerja dengan keluarga itu, Mary King, mengatakan memiliki izin penuh dari pengadilan Afghanistan untuk membawa anak-anak ke AS dan menyelesaikan adopsi. Mereka sedang menunggu visa AS tetapi semuanya berubah dalam beberapa hari terakhir.
"Ini semua terjadi jauh lebih cepat daripada yang kita perkirakan, jadi kita tidak tahu. Kami telah menempatkan mereka di setiap daftar. Kami telah mengisi setiap formulir yang diberitahukan kepada kami," ujar King.