REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh pada Selasa (17/8) mengatakan, dirinya masih berada di Afghanistan dan menjadi presiden sementara yang sah. Pengakuan itu disampaikan setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara tersebut ketika kelompok Taliban merebut ibu kota Kabul.
Saleh mengatakan, dalam pertemuan keamanan yang dipimpin Ghani pekan lalu bahwa ia bangga pada pasukan bersenjata dan pemerintah akan melakukan segala upaya untuk memperkuat perlawanan terhadap Taliban.
Namun, Afghanistan jatuh ke tangan Taliban dalam hitungan hari, bukan hitungan bulan yang diprediksikan oleh intelijen AS.Dalam sederet cicitan pada Selasa, Salah mengatakan bahwa "sia-sia" berdebat dengan Presiden AS Joe Biden yang telah memutuskan untuk menarik pasukan AS.
Ia meminta rakyat Afghanistan membuktikan bahwa Afghanistan bukan Vietnam dan Taliban bahkan tidak seperti Vietcong. Sebuah video warga Afghanistan yang putus asa dan berupaya naik ke pesawat militer AS saat hendak lepas landas mengingatkan kembali pada sebuah foto pada 1975, di mana orang-orang berusaha naik ke helikopter di Saigon ketika AS menarik pasukannya dari Vietnam.
Saleh menuturkan, tidak seperti AS dan NATO, ia tidak kehilangan semangat dan melihat peluang besar di depan. "Peringatan omong kosong sudah tamat, BERGABUNGLAH DALAM PERLAWANAN."
Saleh, yang keberadaannya tidak diketahui, menegaskan, ia tidak akan tunduk dalam keadaan apapun kepada "teroris Taliban".Menurutnya, ia tidak akan pernah berkhianat pada Ahmad Shah Massoud, pemimpin Aliansi Utara yang dibunuh oleh dua anggota Alqaidah sebelum serangan 11 September 2001 di AS.