Rabu 18 Aug 2021 21:28 WIB

Kisah Pilu Penyintas Gempa Haiti yang Perlu Bantuan

Gempa Haiti menewaskan sedikitnya 1.941 orang.

 Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan hotel Le Manguier di Les Cayes, Haiti pada 24 Januari 2020 di bagian atas, dan pada Ahad (15/8/2021). bagian bawah, setelah runtuh akibat gempa berkekuatan 7,2 SR pada Sabtu.
Foto: ap/Satellite image ©2021 Maxar Tec
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan hotel Le Manguier di Les Cayes, Haiti pada 24 Januari 2020 di bagian atas, dan pada Ahad (15/8/2021). bagian bawah, setelah runtuh akibat gempa berkekuatan 7,2 SR pada Sabtu.

REPUBLIKA.CO.ID, LES CAYES -- Para penyintas gempa bumi di Haiti memerlukan makanan, tempat bernaung dan perawatan medis. Gempa menewaskan sedikitnya 1.941 orang.

Kerusakan akibat gempa di sejumlah rumah sakit besar menghambat upaya kemanusiaan. Para dokter di tenda-tenda darurat berjuang menyelamatkan nyawa mereka yang terluka, termasuk anak-anak dan lansia. Namun, mereka tak mampu membantu semua pasien.

Baca Juga

"Tak ada cukup dokter dan sekarang dia sudah meninggal," kata Lanette Nuel yang duduk lunglai di samping jenazah putrinya di luar gedung rumah sakit Les Cayes, salah satu kota yang terdampak parah oleh gempa dan hujan badai.

Putrinya yang berusia 26 tahun dan beranak dua itu, tertimpa reruntuhan saat gempa berkekuatan 7,2 magnitudo mengguncang. Kini dia terbaring diselimuti kain putih di atas lantai.

"Kami datang kemarin sore, dia meninggal pagi ini. Saya tak bisa melakukan apa-apa," kata ibunya.

Gempa pada Sabtu (15/8) itu meruntuhkan puluhan ribu bangunan di negara termiskin di benua Amerika tersebut. Negara itu masih belum pulih dari gempa 11 tahun lalu yang menewaskan 200 ribu orang.

Selain korban tewas, gempa terakhir juga melukai 9.915 orang dan banyak lagi yang dilaporkan hilang atau tertimbun reruntuhan, kata dinas pelindungan sipil pada Selasa sore. Upaya penanggulangan menjadi rumit akibat krisis politik dan sulitnya akses dari ibu kota ke bagian selatan karena sejumlah tempat dikuasai geng-geng kriminal.

Banjir bandang dan longsor akibat badai tropis Grace, yang pada Selasa sore bergerak melintasi Jamaika, telah memperburuk situasi."Tak terhitung banyaknya keluarga di Haiti yang kehilangan semua miliknya akibat gempa itu kini hidup dengan kaki di dalam air akibat banjir," kata Bruno Maes, perwakilan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) di negara itu.

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement