Jumat 20 Aug 2021 08:35 WIB

Israel Setujui Mekanisme Penyaluran Bantuan untuk Gaza

Bantuan dari Qatar akan ditransfer ke ratusan ribu orang Gaza oleh PBB

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera Palestina berkibar di atas gedung-gedung yang rusak berat akibat serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Sabtu, 5 Juni 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza.
Foto: AP/Felipe Dana
Bendera Palestina berkibar di atas gedung-gedung yang rusak berat akibat serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Sabtu, 5 Juni 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel mengatakan setuju dengan Qatar dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang mekanisme untuk mentransfer bantuan dari Negara Teluk ke Gaza, Kamis (19/8). Keputusan itu meningkatkan prospek bantuan di daerah kantong Palestina setelah serangan Israel ke wilayah tersebut.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan telah berhubungan dengan Qatar untuk membangun mekanisme yang memastikan uang mencapai mereka yang membutuhkan, sambil menjaga kebutuhan keamanan Israel. Melalui mekanisme baru, bantuan dari Qatar akan ditransfer ke ratusan ribu orang Gaza oleh PBB langsung ke rekening bank mereka

Baca Juga

"Dengan Israel mengawasi penerimanya," kata Gantz dalam sebuah pernyataan.

Komite Rekonstruksi Jalur Gaza Qatar mengatakan, pihaknya menandatangani nota kesepahaman dengan PBB untuk mendistribusikan 100 dolar AS kepada masing-masing dari sekitar 100.000 keluarga mulai September. Lebih dari 4.000 rumah di Gaza hancur atau rusak selama pertempuran Mei, dengan kerugian yang diperkirakan oleh Bank Dunia mencapai 380 juta dolar. Mesir dan Qatar masing-masing menjanjikan 500 juta dolar AS untuk rekonstruksi Gaza.

Pencairan bantuan itu terjadi usai terjadi hambatan akibat perselisihan mengenai Israel yang berseteru dengan Hamas. Tel Aviv pun mempermasalahkan cara mencegah kelompok Hamas bisa mengakses dana tersebut.

Hamas sebelumnya telah berjanji tidak akan menyentuh uang donor. Isu tersebut telah muncul sebagai masalah utama dalam pembicaraan yang dimediasi Mesir setelah gencatan senjata 21 Mei yang sebagian besar menghentikan serangan lintas batas. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement