Sabtu 21 Aug 2021 17:33 WIB

Menlu Inggris Klarifikasi Posisinya dalam Krisis Afganistan

Menlu Inggris dianggap tak cepat menanggapi ambruknya pemerintah Afganistan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.
Foto: AP/Kirsty O'Connor/PA
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengklarifikasi posisinya dalam krisis Afghanistan. Ia mengatakan tidak segera menghubungi Menteri Luar Negeri Afghanistan untuk mengevakuasi staf penerjemah yang membantu pasukan Inggris di negara itu. Sebab, pemerintah Inggris memprioritaskan mengamankan bandara di Kabul agar pesawat dapat terbang.

"Prioritas utama pemerintah Inggris adalah mengamankan bandara Kabul jadi pesawat dapat pergi," kata Raab dalam pernyataannya dikutip Anadolu Agency, Sabtu (21/8).  

Baca Juga

Oposisi semakin keras menekannya untuk mengundurkan diri. Raab dituduh tidak cepat dalam menanggapi ambruknya pemerintah Afghanistan dan Taliban merebut kekuasaan.

Raab sedang berlibur di Pulau Kreta, Yunani saat Taliban mengusai Kabul pada 15 Agustus lalu. Ia menolak menghubungi Menteri Luar Negeri Afghanistan saat itu Hanif Atmar.

Ia justru menyerahkan tanggung jawab ke menteri muda, bawahannya di Kementerian Luar Negeri.  Namun sejauh ini pemerintah Perdana Menteri Boris Johnson masih mendukungnya.

"Pada 13 Agustus, saran dikirimkan ke kantor pribadi saya (sekitar pukul 06.00 waktu Afghanistan), merekomendasikan untuk menghubungi menteri luar negeri Afghanistan, peristiwa berkembang dengan cepat, panggilan telepon itu didelegasikan ke menteri negara karena saya memprioritaskan keamanan di bandara," dalihnya.

Anggota parlemen yang bertugas mengawasi Menteri Luar Negeri, Lisa Nandy mendesak Johnson memecat Raab. Ketua Partai Nasional Westminster Skotlandia Ian Blackford mengatakan Raab gagal memenuhi tugasnya paling dasar sebagai menteri luar negeri dan membahayakan nyawa orang lain. "Dia harus mengundurkan diri atau dipecat," kata Blackford.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement