REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperpanjang batas waktu evakuasi dari Afghanistan. Hal itu agar lebih banyak warga berisiko yang ingin melarikan diri dari Taliban dapat diselamatkan.
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey dan Menteri Kantor Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan mereka sedang mendorong AS agar memperpanjang masa evakuasi dari tenggat waktu yang seharusnya usai pada 31 Agustus mendatang. Heappey mengungkapkan sekitar 4.000 warga yang memenuhi syarat untuk datang ke Inggris masih berada di Afghanistan.
Heappey menyebut Inggris ingin mengevakuasi ribuan warga Afghanistan lainnya jika memungkinkan. Sementara Cleverly mengatakan selama sepekan proses evakuasi berlangsung di bandara Kabul dapat dilihat tenggat waktu yang direncanakan tidak selalu sepenuhnya berada dalam kendali.
“Sekarang jelas semakin banyak waktu yang kita punya, semakin banyak orang yang bisa kita evakuasi dan itulah yang kita dorong,” ujar Cleverly.
Menurut dia, Taliban tampaknya menunjukkan sikap kooperatif. Namun Inggris tidak dapat mengandalkan dukungan tersebut yang berlangsung tanpa batas waktu.
“Jadi kami memprioritaskan mengeluarkan sebanyak mungkin orang dengan secepat mungkin,” ujar Cleverly.
Guna memuluskan proses tersebut, tenggat waktu perlu diperpanjang. “Tapi saya pikir kami tidak boleh mengandalkan fakta kami akan mendapatkan lebih banyak waktu untuk melakukan ini,” kata Cleverly.
Inggris bakal menjadi tuan rumah pertemuan virtual para pemimpin kelompok G7 pada Selasa (24/8). Pada kesempatan itu, Inggris hendak membahas tentang apakah Taliban perlu dijatuhi sanksi baru atau tidak.