REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Maroko menyatakan penyesalan atas keputusan Aljazair memutuskan hubungan diplomatik dengan mereka. Rabat menilai itu merupakan langkah sepihak dan tidak dapat dibenarkan.
"Kerajaan Maroko akan tetap menjadi mitra yang tulus dan setia dari rakyat Aljazair sambil terus bekerja dengan bijaksana dan bertanggung jawab untuk pengembangan hubungan Maghreb yang sehat dan bermanfaat," kata Kementerian Luar Negeri Maroko dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya, Rabu (25/8).
Pada Selasa (24/8) lalu, Menteri Luar Negeri Aljazair Ramdane Lamamra mengumumkan bahwa negaranya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko. Menurut Lamamra, keputusan itu diambil karena Rabat terus melakukan tindakan bermusuhan.
Sebelumnya Aljazair memang telah mengatakan bahwa mereka akan meninjau kembali hubungannya dengan Maroko. "Tindakan permusuhan yang terus-menerus dilakukan oleh Maroko terhadap Aljazair telah mengharuskan peninjauan kembali hubungan antara kedua negara dan intensifikasi kontrol keamanan di perbatasan barat,” kata istana kepresidenan Aljazair dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Arabiya.
Bulan lalu, Kementerian Luar Negeri Aljazair menarik duta besarnya untuk Maroko. Kala itu, Aljir mengisyaratkan kemungkinan untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Hal tersebut terjadi menyusul peningkatan ketegangan terbaru antara tetangga Afrika Utara atas wilayah Sahara Barat yang dipersengketakan.
Front Polisario berjuang untuk kemerdekaan Sahara Barat, sebuah koloni Spanyol sampai pertengahan 1970-an. Namun kini sebagian besar wilayah tersebut diduduki dan dikelola Maroko.
Perbatasan darat antara Aljazair dan Maroko telah ditutup sejak awal 1990-an karena keamanan. Hal itu memperparah gesekan antara Aljazair dan Maroko yang hubungannya memburuk akibat konflik.