REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan, pemerintahnya akan tetap melanjutkan operasi evakuasi di Afghanistan setelah adanya insiden bom bunuh diri di dekat Bandara Kabul, Kamis (26/8) waktu setempat. Bom bunuh diri yang diklaim dilakukan oleh ISIS menewaskan puluhan warga sipil dan belasan tentara Amerika Serikat (AS).
Dalam pertemuan mendesak soal situasi Afghanistan, Inggris memutuskan bahwa pengangkutan udara negaranya akan terus dilakukan sampai saat-saat terakhir. "Kami dapat melanjutkan program dengan cara yang telah kami jalankan, sesuai dengan jadwal yang kami dapatkan dan itulah yang akan kami lakukan," kata Johnson.
Setidaknya dua ledakan menghantam gerbang bandara Kabul yang dipadati warga. Serangan menyebabkan korban jiwa di antara warga sipil yang putus asa berharap untuk melarikan diri dari negara yang kini dikuasai Taliban. Insiden itu juga membuat hari-hari terakhir evakuasi Barat dan sekutunya kacau.
Johnson mengatakan, militer Inggris telah mempersiapkan evakuasi selama berbulan-bulan dan memang menyadari ancaman keamanan. "Akan selalu ada kerentanan terhadap terorisme dan serangan teroris oportunistik. Kami mengutuk mereka, saya pikir mereka tercela, tetapi saya khawatir mereka adalah sesuatu yang harus kami persiapkan," katanya.