Senin 30 Aug 2021 19:44 WIB

Warga Miskin AS Kesulitan Hadapi Badai Ida

Warga miskin kesulitan mengevakuasi diri ketika badai Ida menerjang Louisiana, AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Badai (ilustrasi)
Foto: Reuters
Badai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW ORLEANS -- Robert Owens merasa lemah dan tak berdaya saat menunggu di ibu kota Louisiana, New Orleans, ketika salah satu badai paling kuat menerjang Amerika Serikat (AS). Dia menghabiskan hari-harinya dengan cemas menyaksikan antrean panjang mobil yang dievakuasi dari Baton Rouge, menuju lokasi yang lebih aman di luar negara bagian saat Badai Ida mendekat.

Pria berusia 27 tahun ini berharap dia, istrinya, ibu mertuanya, teman sekamar, dan empat hewan peliharaannya selamat. Tapi pergi akan membutuhkan uang untuk bensin dan kamar hotel, semua itu sesuatu yang tidak mereka miliki.

Baca Juga

Kondisi putus asa, Owens pergi ke ACE Cash Express pada Sabtu (28/8) dan menyerahkan dokumen untuk pinjaman. Dia ditolak, diberitahu bahwa dia tidak memiliki riwayat kredit yang cukup.

Sehari berikutnya, jelas mereka harus keluar dari apartemen dupleks keluarganya ketika badai datang. "Rekening bank kami kosong, kami tidak bisa pergi," katanya.

Owens mengatakan mayoritas orang di lingkungan berpenghasilan rendah berada dalam kesulitan yang sama. Mereka ingin pergi untuk melindungi keluarga, tetapi tidak punya pilihan selain tinggal.

"Banyak dari kita di sini di lingkungan saya harus hanya berjongkok dan menunggu, tidak tahu seberapa buruk yang akan terjadi. Ini perasaan yang menakutkan," katanya.

"Ada orang yang punya dana untuk bersandar bisa keluar dari sini, tetapi ada sebagian besar orang berpenghasilan rendah yang tidak punya rekening tabungan. Kami tertinggal," ujar Owens.

Owens mengatakan dia buru-buru meletakkan handuk di bawah jendela bocor di dupleksnya dan mengisi daya elektronik. Dia pun mencoba pergi ke Dollar General dan Dollar Tree untuk mengambil makanan, hanya saja sudah tutup.

Keluarga Owens memiliki lampu yang direkatkan di sekitar dinding rumah. Mereka berencana bersembunyi di ruang cuci atau dapur ketika badai menerjang. "Ada perasaan takut secara umum karena tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini," katanya.

"Itu yang paling memprihatinkan. Seperti, apa yang akan kita lakukan jika itu menjadi sangat buruk? Akankah kita masih hidup? Apakah pohon akan tumbang di atas kita?" ujar Owens.

Pada Ahad (29/8) malam pukul 21.00 waktu setempat, Owens mengatakan keluarganya dan semua orang di lingkungannya telah kehilangan listrik. Langit menyala hijau di sekitar mereka. Beberapa pohon tumbang di properti tetangga, tetapi terlalu gelap untuk melihat tingkat kerusakan sepenuhnya.

Owens mengatakan ibu mertuanya berkebutuhan khusus. Teman sekamarnya bekerja untuk dukungan teknis Apple iOS. Istrinya bekerja menjadwalkan donor darah. Semuanya mengandalkan internet untuk bekerja dari rumah, dan jika padam, mereka tidak akan bisa menghasilkan uang.

"Kami mungkin tidak bekerja, dan sewa, listrik, air, semua tagihan itu masih perlu dibayar. Kami sedikit khawatir kehilangan peralatan kami atau bahkan rumah kami, jika masih berdiri karena kami tidak akan punya uang untuk tagihan lain," ujar Owens.

Owens mengatakan bahwa mereka mencoba menggunakan senter untuk mengamati jalan, tetapi khawatir membahayakan keselamatan mereka. "Belum pernah dalam hidup saya menemukan sesuatu yang besar ini," katanya ketika embusan angin besar mengguncang jendela rumahnya.

Ada beberapa kali ketika terdengar seperti atap dupleksnya akan copot. Owens mengatakan istrinya sedang mengemas sekantong pakaian dan barang-barang penting, untuk berjaga-jaga. "Kami akan berlindung di mobil jika kami kehilangan rumah," katanya.

Semua keluarga berbagi Toyota Avalon milik istrinya. Kendaraan itu tidak cukup besar untuk menampung empat orang, tiga anjing, dan seekor kucing.

"Fakta bahwa kita bukan kelas menengah atau atas, itu terus datang kembali untuk menggigit kita lagi dan lagi, dalam banyak arah dan cara yang berbeda,  uang muka yang sederhana menjadi salah satunya. Sepertinya kita harus membayar untuk menjadi miskin, meskipun kita berusaha untuk tidak menjadi miskin," kata Ownes. 

Badai Ida mendarat di Louisiana pada Ahad (29/8), dan merupakan badai Kategori 4 yang sangat berbahaya. Pusat Badai Nasional (NHC) mengatakan, Ida mendarat di dekat Port Fourchon, Louisiana, pada pukul 11:55 waktu setempat. 

Angin berkekuatan sangat kencang  sejauh 50 mil (80 km), sehingga memaksa New Orleans untuk menangguhkan layanan medis darurat. Badai berjalan ke barat laut dengan kecepatan 13 mil per jam (21 km per jam). Gubernur Louisiana John Bel Edwards mengatakan, Badai Ida adalah salah satu badai terkuat yang pernah menghantam Louisiana.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement