Rabu 01 Sep 2021 09:10 WIB

Jelang Pemilu, Putin Beri Bonus Polisi dan Militer

Kritikus sebut Putin beri bonus jelang pemilu agar militer pilih Partai Rusia Bersatu

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya pada upacara pembukaan Forum Teknis Militer Internasional Army-2021 di Alabino, di luar Moskow, Rusia, Senin, 23 Agustus 2021.
Foto: AP/Ramil Sitdikov/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya pada upacara pembukaan Forum Teknis Militer Internasional Army-2021 di Alabino, di luar Moskow, Rusia, Senin, 23 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui pembayaran satu kali untuk pejabat polisi dan militer. Keputusan tersebut akan memberikan bonus 15 ribu rubel (Rp 2,9 juta) kepada semua personel militer dan penegak hukum pada bulan September, menurut Kremlin dilansir Euronews, Rabu (1/9).

Keputusan presiden mengatakan pembayaran dirancang untuk melindungi kebutuhan sosial pekerja darurat. Namun para kritikus mengatakan, langkah itu dirancang untuk mendorong militer memilih Partai Rusia Bersatu yang dipimpin Putin menjelang pemilihan parlemen bulan depan.

Baca Juga

Pekan lalu, bonus satu kali serupa sebesar 10 ribu rubel (Rp 1,95 juta) ditawarkan kepada para pensiunan. Rusia memiliki sekitar 42 juta pensiunan dan setidaknya 1,7 juta polisi, militer, dan penjaga nasional. Kedua kelompok tersebut secara tradisional memilih Rusia Bersatu, tetapi partai tersebut menghadapi kritik yang meningkat sebelum kalender pemilihan yang tegang.

Warga Rusia telah menyuarakan kemarahan atas penurunan standar hidup di negara itu sejak 2014, ditambah dengan kenaikan harga konsumen. Rusia Bersatu saat ini mengumpulkan 27,3 persen suara, menurut lembaga Vtsiom yang dekat dengan pemerintah. Sementara itu, tingkat kepercayaan pada Vladimir Putin dinilai sebesar 62,2 persen.

Penentang Kremlin serta media independen telah menghadapi tindakan keras dari pihak berwenang menjelang pemilihan. Rusia juga telah bergerak untuk membongkar gerakan lawan yang dipenjara Alexei Navalny, dengan mengklasifikasikan organisasinya sebagai ekstremis dan memblokir beberapa situs web.

Banyak sekutu dekat dan pendukung Navalny juga telah dikeluarkan dari pemilihan atau dipaksa ke pengasingan. Beberapa media independen dan LSM baru-baru ini diklasifikasikan sebagai agen asing, status kontroversial yang secara serius memperumit operasi mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement