REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Uni Eropa pada Selasa (31/8) menyepakati pendekatan bersama untuk mencegah gelombang baru migrasi yang dipicu krisis di Afghanistan.
"Setelah debat dinamis, para menteri dalam negeri dari 27 negara Uni Eropa mengadopsi pernyataan bersama tentang situasi di Afghanistan," ungkap Menteri Dalam Negeri Slovenia Ales Hojs usai pertemuan tersebut.
Komisaris Uni Eropa untuk Urusan Dalam Negeri Ylva Johansson menyambut baik pernyataan itu yang menurutnya “menunjukkan bahwa negara-negara anggota dapat satu suara, bahkan dalam masalah migrasi sekali pun”.
“Cara terbaik untuk menghindari krisis migrasi adalah mencegah krisis kemanusiaan. Itulah mengapa kita perlu mendukung warga Afghanistan di Afghanistan,” kata Johansson, mengacu pada komitmen para menteri untuk memastikan bantuan kemanusiaan bagi populasi yang paling rentan dengan bantuan mitra internasional, terutama PBB.
Pernyataan bersama itu menjanjikan bantuan bagi negara-negara tetangga Afghanistan dan negara-negara transit "untuk memperkuat kapasitas mereka dalam memberikan perlindungan, menerima pengungsi dengan cara yang bermartabat dan aman, dan memberikan mata pencaharian bagi para pengungsi.
Baca juga : Twitter Luncurkan Fitur Blokir Akun Kasar Secara Otomatis
Menurut pernyataan itu, blok tersebut bertekad mencegah gelombang migrasi ilegal skala besar yang tidak terkendali. Untuk mencegah orang melakukan perjalanan berbahaya dan ilegal ke Eropa, blok tersebut akan meluncurkan kampanye informasi untuk “memerangi narasi yang digunakan oleh penyelundup".
Johansson juga mengatakan blok tersebut telah mengupayakan program pemukiman kembali untuk memberikan perlindungan internasional segera bagi kelompok yang paling terancam, seperti hakim perempuan, aktivis hak asasi manusia, dan jurnalis.