Kamis 02 Sep 2021 19:11 WIB

Uni Eropa Punya Bantuan untuk Negosiasi dengan Taliban

Uni Eropa belum akan mengakui pemerintahan Taliban dalam waktu dekat.

Pejuang pasukan khusus Taliban tiba di dalam Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacu , menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Pejuang pasukan khusus Taliban tiba di dalam Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacu , menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, SLOVENIA  -- Uni Eropa (EU) dalam waktu dekat belum akan memutuskan apakah akan secara resmi mengakui pemerintah Taliban setelah kelompok itu mengambil alih Taliban bulan lalu. Namun uang bantuan EU akan menentukan kondisi apa yang mungkin berlaku di Afghanistan,

Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Slovenia Anze Logar, yang negaranya memegang enam bulan kepresidenan EU.

Baca Juga

Ia mengatakan penunjukan Taliban sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara EU berarti bahwa pengakuan bukan hanya masalah diplomatik, tetapi juga masalah hukum."Kami masih jauh untuk menjawab pertanyaan ini," kata Logar kepada Reuters Rabu (1/9) malam di kota Bled, Slovenia.

"Kemungkinan akan terjadi pertukaran pandangan di antara kepala negara," katanya, merujuk pada dua pertemuan puncak EU yang dijadwalkan pada Oktober, di Belgia dan Slovenia.

Menteri luar negeri dan pertahanan EU juga akan membahas Afghanistan pada Kamis dan Jumat.

Sementara itu, para penguasa Taliban Afghanistan sedang bersiap-siap pada Kamis untuk mengumumkan pemerintahan baru mereka ketika ekonomi berada di ambang kehancuran. Taliban akan bentuk pemerintahan lebih dari dua minggu setelah milisi itu merebut Kabul dan mengakhiri perang yang kacau selama 20 tahun.

EU, sebuah kelompok yang terdiri dari 27 negara demokrasi, berusaha untuk menegakkan hak asasi manusia di seluruh dunia dan secara konsisten mengecam Taliban, yang dinilai melakukan penindasan terhadap perempuan, ketika berkuasa dari 1996 hingga 2001.

Pengakuan pemerintah Taliban oleh negara-negara lain akan memiliki konsekuensi penting, seperti mengizinkan Taliban mengakses bantuan asing yang menjadi sandaran pemerintah Afghanistan sebelumnya. EU adalah pendonor bantuan terbesar di dunia.

"Bantuan adalah pengaruh yang dimiliki Uni Eropa," kata Logar. "Untuk Afghanistan dan ekonominya, tanpa bantuan ini, adalah pukulan terbesar bagi warga negara, tetapi ada titik persyaratan juga."

Logar mengatakan kebijakan EU harus selalu didasarkan pada nilai-nilainya, yang biasanya disebut oleh blok tersebut sebagai hak asasi manusia, demokrasi, supremasi hukum, dan kebebasan berekspresi.Namun dia mengatakan Slovenia saat ini tidak terbuka untuk proposal bagi blok tersebut untuk menerima puluhan ribu pengungsi yang melarikan diri dari Afghanistan.

Logar mengatakan bahwa untuk saat ini komitmen EU adalah untuk pengungsi Afghanistan yang telah bekerja dengan pasukan Eropa, pemerintah dan lembaga di Afghanistan. Banyak dari mereka tetap tinggal di negara itu meskipun pengangkutan udara besar-besaran bulan lalu untuk mengevakuasi mereka.

"Posisi kami adalah bahwa untuk saat ini tidak ada alasan untuk melampaui janji kami terkait solidaritas dengan penduduk setempat dan keluarga mereka yang bekerja dengan Uni Eropa dan NATO, untuk menyelamatkan hidup mereka," katanya.

Komisi Eropa, eksekutif EU, berencana untuk mengamankan pendanaan sebesar 300 juta euro (Rp 5 triliun) baik tahun ini dan selanjutnya untuk membuka jalan bagi pemukiman kembali sekitar 30 ribu warga Afghanistan. Namun  proposal tersebut membutuhkan dukungan dari negara-negara EU.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement