REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan wakil presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla yakin Taliban akan memerintah dengan cara yang berbeda dibanding tahun 1990-an. Jusuf Kalla adalah salah satu tokoh dunia yang terlibat aktif dalam proses perdamaian di Afghanistan.
Dalam webinar The Phenomenon of Taliban and the Future of Peace and Reconciliation on Afghanistan yang diadakan Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilizations (CDCC), Jusuf Kalla mengatakan rakyat Afghanistan sangat luar biasa karena terus menerus didera konflik. Mulai dari Inggris lalu Uni Soviet kemudian Amerika Serikat (AS).
Negara-negara besar ini akhirnya kalah dalam pertempuran melawan Afghanistan. Negara itu juga mengalami berbagai konflik dalam negeri mulai dari tahun 1973 ketika Perdana Menteri Jenderal Mohammed Daoud Khan menggulingkan Raja Afghanistan yang terakhir Mohammed Zahir Shah.
"Lalu masuk Rusia, Rusia dikalahkan Mujahidin, kemudian Mujahidin konflik dengan Taliban. Taliban menang pertama terjadi peristiwa di Amerika 11 September. Alasan Amerika mencari Osama bin Laden dan demokratisasi, menduduki Afghanistan selama 20 tahun," kata Jusuf Kalla, Jumat (3/9).
Kini yang menjadi pertanyaan, apa yang selanjutnya terjadi setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan. Milisi yang digulingkan AS pada 2001 itu kembali berkuasa di Afghanistan setelah merebut ibu kota Kabul pada 15 Agustus lalu.
"Memang tidak mudah untuk menganalisa, karena tergantung pada informasi yang keluar dan apa yang dilakukan. Kalau kita mengikuti pembicaraan pemerintah Afghanistan, menyatakan bahwa pemerintahnya akan pemerintah terbuka," kata Jusuf Kalla.
Ia mencatat Taliban telah bertemu dengan Kepala Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan Abdullah Abdullah dan mantan Presiden Hamid Karzai. Akan tetapi belum diketahui apakah Taliban akan menerapkan pemerintah yang inklusif.
"Gubernur bank sentralnya yang baru itu hanya tamat SD kelas 3, bagaimana memerintah dengan cara begitu," tambah pria yang kerap disapa JK ini.
Dia mengakui di Afghanistan banyak yang pesimis dengan pemerintah Taliban. Namun menurutnya masyarakat internasional juga harus realistis. JK yakin Taliban pasti berbeda dari pemerintah mereka sebelumnya.
"Kenapa pasti berubah, kenapa kira-kira ada perubahan. Pertama kalau mengulangi pemerintahan 25 tahun itu hanya tiga negara yang mengakui hanya (Arab) Saudi, Uni Emirat Arab, dan Pakistan. Tentu pemerintahannya tidak mendapat respek dunia akhirnya tidak ada kerja sama," jelas Jusuf Kalla.