Senin 06 Sep 2021 00:55 WIB

Qatar Terbangkan Bantuan Kemanusiaan ke Afghanistan

Qatar mengoperasikan penerbangan bantuan harian ke Afghanistan beberapa hari ke depan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah pesawat diparkir di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/9).. Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Ariana Afghan Airlines yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.
Foto: AP/Wali Sabawoon
Sebuah pesawat diparkir di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/9).. Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Ariana Afghan Airlines yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI  -- Qatar telah menerbangkan bantuan kemanusiaan ke Kabul. Qatar juga akan mengoperasikan penerbangan bantuan harian ke Afghanistan selama beberapa hari ke depan, dan menyediakan pasokan yang sangat dibutuhkan.

Sebuah penerbangan dari Qatar membawa pasokan medis dan produk makanan tiba di Kabul pada Sabtu (4/9). Duta Besar Qatar untuk Afghanistan, Saeed bin Mubarak Al Khayareen, berada di bandara untuk menyambut kedatangan bantuan kemanusiaan tersebut. Qatar telah membantu membuka kembali bandara di Kabul yang sebelumnya ditutup selama beberapa hari setelah pengangkutan udara terakhir Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

Setengah dari 40 juta warga Afghanistan, termasuk 10 juta anak-anak, membutuhkan bantuan kemanusiaan pada awal tahun ini. Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan kebutuhan diperkirakan akan meningkat.

Rusia mempertimbangkan untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Afghanistan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan kepada wartawan di Moskow harga makanan, bahan bakar, dan barang-barang penting lainnya di Afghanistan telah meningkat setelah Taliban berkuasa. Zakharova pada Kamis (2/9) meminta masyarakat internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan yang mungkin akan meletus di negara tersebut.

"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan sosial dan ekonomi di Afghanistan akibat penangguhan bantuan keuangan dan teknis dari donor tradisional Barat. Masih ada ketidakpastian kapan dimulainya kembali aktivitas lembaga negara dan bank," ujar Zakharova.

Zakharova menyalahkan negara-negara Barat atas perkembangan situasi di Afghanistan saat ini. Menurutnya negara Barat bertanggung jawab atas efek negatif pada kesejahteraan seluruh warga Afghanistan yang disebabkan oleh penarikan pasukan mereka.

Pasar pertukaran uang terbesar di Afghanistan kembali dibuka pada Sabtu (4/9) untuk pertama kalinya sejak Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus. Pasar Sarai Shahzada, yang terletak di lingkungan tua Kabul, adalah pasar pertukaran uang terbesar di Afghanistan.

Pasar Sarai Shahzada Kabul tidak hanya membantu masyarakat dalam mengirim, menerima, dan menukar uang. Pasar ini juga membantu pemerintah dalam melakukan transaksi keuangan. Seorang pemilik salah satu tempat penukaran uang di pasar tersebut, Razle Rabbi, mengatakan pembukaan kembali Pasar Sarai Shahzada akan membantu memperbaiki situasi Afghanistan.

"Situasinya tidak baik karena penutupan bank dan pasar Sarai Shahzada. Kami berharap semuanya akan membaik secara bertahap," ujar Rabbi dilansir Anadolu Agency.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyebut pasar pertukaran uang dan pusat bisnis terbesar di Afghanistan mulai beroperasi secara normal. Pada Kamis (2/9), bank sentral De Afghanistan Bank mengatakan pasar penukaran uang dapat kembali beroperasi secara normal. Keputusan itu dibuat setelah berkonsultasi dengan dewan pasar Sarai Shahzada. Selain itu, bank swasta dan komersial juga telah dibuka.

“Masyarakat dapat melanjutkan transaksi keuangan rutin mereka. Kami berjanji untuk membawa lebih banyak fasilitas dalam layanan perbankan di seluruh negeri,” kata pernyataan bank sentral.

Taliban mengalami kekurangan uang tunai karena aset negara yang disimpan di luar negeri telah dibekukan. Selain itu, publik skeptis terhadap kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Taliban.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah memblokir akses bantuan keuangan ke Afghanistan, termasuk sekitar 440 juta dolar AS dalam cadangan moneter baru. Amerika Serikat (AS) juga telah membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai 10 miliar dolar AS. Pejabat pemerintah AS mengatakan Taliban tidak dapat mengakses aset bank sentral Afghanistan yang disimpan di AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement