REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dijadwalkan berbicara kepada anggota parlemen pada Senin (6/9). Pertemuan itu akan membahas penarikan pasukan Inggris dari Afghanistan di tengah kritik terhadap penanganan evakuasi.
Johnson telah menghadapi kritik pedas dari anggota parlemen atas kegagalan intelijen sehingga Kabul dapat jatuh ke tangan Taliban. Johnson telah mengakui keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mundur membuat Inggris tidak punya banyak pilihan selain menarik pasukannya sendiri.
Beberapa anggota militer yang bertugas di Afghanistan telah mengungkapkan kemarahan dan kesedihan mereka tentang apa yang telah terjadi di Afghanistan. Johnson mengatakan keberadaan pasukan asing selama 20 tahun di Afghanistan dan upaya membentuk kembali negara tersebut tidak akan sia-sia.
“Berkat upaya mereka, tidak ada serangan teroris terhadap negara ini atau sekutu Barat kami dari Afghanistan selama dua puluh tahun. Mereka memenuhi tugas utama angkatan bersenjata Inggris yaitu untuk menjaga keamanan rakyat kami," kata Johnson dalam pidatonya di depan parlemen.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Inggris Johnson Dominic Raab telah mengakui AS dan Inggris salah menilai kapasitas Taliban yang dapat menguasai Afghanistan dengan cepat. Sejak Presiden AS Joe Biden mengumumkan penarikan pasukan asing dari Afghanistan, Taliban mulai melakukan serangan dan merebut sejumlah provinsi serta distrik penting.
Taliban kemudian berhasil merebut Kabul pada 15 Agustus. Pasukan terakhir AS meninggalkan Kabul pada 30 Agustus malam dan Taliban mendeklarasikan kemenangan.