REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sekitar 1.000 orang termasuk orang Amerika Serikat (AS) dan Afghanistan terjebak selama beberapa pekan di kota utara Mazar-i-Sharif. Mereka yang telah memiliki visa AS atau negara lain menunggu izin untuk penerbangan charter meninggalkan negara tersebut.
Reuters melaporkan situasi yang dihadapi mereka. Mereka bingung dan sangat berharap untuk pergi dari bandara internasional di kota utara Mazar i-Sharif tersebut. Ini terjadi beberapa hari setelah penarikan penuh militer AS dengan tenggat 31 Agustus lalu.
Kesal dengan penundaan pemberangkatan mereka, penyelenggara penerbangan charter mengatakan, Departemen Luar Negeri AS gagal berdialog dengan Taliban soal persetujuan untuk memberangkatkan penerbangan dari Mazar-i-Sharif ataupun memvalidasi lokasi pendaratannya.
"Mereka harus bertanggung jawab karena membahayakan nyawa orang-orang ini," kata penyelenggara, yang tidak bersedia disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.
Namun demikian pejabat AS yang juga menutupi identitas jati dirinya membantah hal tersebut. "Pemerintah AS belum mengkonfirmasi ada orang Amerika di Mazar-i-Sharif yang mencoba pergi ke bandara," katanya.
Menyoal penerbangan charter, juru bicara Departemen Luar Negeri AS tidak membahas tuduhan spesifik tersebut. Namun menekankan bahwa AS tak mendata personel di lapangan sehingga tidak memiliki sarana yang dapat diandalkan untuk mengonfirmasi detil dasar penerbangan cahrter maupun laporan keterlantaran tersebut.
"Kami akan memegang janji Taliban untuk membiarkan orang bebas meninggalkan Afghansitan," kata juru bicara itu.
Pada Ahad (5/9), politisi senior partai Republik di Komite Urusan Luar Negeri House ASm Mike McCaul mengatakan, enam pesawat terjebak di bandara Mazar-i-Sharif. Pesawat itu mengangkut penerjemah Amerika dan Afghanistan. Pesawat mereka tidak dapat lepas landas karena mereka belum menerima izin Taliban.
Dia mengatakan Taliban menyandera penumpang untuk tuntutan, tetapi banyak sumber membantah laporan itu. Perwakilan AS dari Partai Republik lainnya, Mike Waltz, meminta Departemen Luar Negeri AS untuk bekerja dengan kelompok-kelompok non-pemerintah yang katanya mencoba untuk membereskan penerbangan charter dalam mengevakuasi orang Amerika dan Afghanistan yang berisiko. "Ada penerbangan charter dimanifestasikan tersedia, didanai dan siap terbang," kata Waltz.