Jumat 10 Sep 2021 11:17 WIB

Taliban Larang Unjuk Rasa tanpa Izin

Taliban menggunakan alasan keamanan untuk menerapkan larangan unjuk rasa.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, 09 September 2021.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, 09 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah sementara Taliban di Afghanistan melarang unjuk rasa tanpa izin. Taliban menggunakan alasan keamanan untuk menerapkan kebijakan ini. Selasa (7/9) lalu Taliban mengumumkan susunan kabinet pemerintahannya.

Pengumuman itu mengakhiri kevakuman kekuasaan selama berpekan-pekan setelah pemerintah yang diakui masyarakat internasional ambruk usai Ibukota Kabul jatuh ke tangan milisi bersenjata pada 5 Agustus lalu. Meski bulan lalu Taliban berjanji untuk membentuk pemerintah yang inklusif.

Baca Juga

Namun, kabinet Taliban berisi hanya kelompok mereka sendiri. Beberapa di antaranya termasuk Perdana Menteri Mohammed Hasan Akhund masuk dalam daftar sanksi PBB. Tidak ada perempuan dalam kabinet tersebut.

Sejak Taliban merebut kekuasaan bulan lalu masyarakat Afghanistan turun ke jalan untuk menentang pemerintahan mereka, sesuatu yang tidak dapat dibayangkan pada pemerintah milisi tersebut pada 1996 hingga 2001. Banyak perempuan yang berunjuk rasa. Tapi akhir-akhir ini demonstrasi berakhir dengan kerusuhan. Pengunjuk rasa dan jurnalis mengatakan pasukan keamanan Taliban menggunakan kekerasan.

Menteri Dalam Negeri Taliban Sirajuddin Haqqani mengatakan 'sekelompok orang' mengancam keamanan pengunjuk rasa. Ia mengeluarkan dekrit yang melarang unjuk rasa tanpa izin dari Kementerian Kehakiman.

"Kementerian Islam Emirat menginformasikan pada semua warga kecuali semua proses hukum sudah diselesaikan, tidak ada yang boleh melakukan protes dan mengganggu warga, sekelompok orang mengancam keamanan pengunjuk rasa untuk mencapai tujuan politik jahat mereka," kata Haqqani seperti dikutip Arab News, Kamis (9/9) kemarin.

Baca juga : Akankah Mujahidin Menang Lawan Taliban di Lembah Panjshir?

Namun, para jurnalis mengatakan justru pasukan keamanan Taliban yang melakukan kekerasan. Dua wartawan Etilaat Roz yang meliput unjuk rasa perempuan menuntut hak memperoleh pendidikan dan bekerja mengatakan mereka ditangkap dan dipukuli pasukan keamanan Taliban.

"Kemarin, rekan-rekan kami mendatangi distrik ketiga untuk meliput unjuk rasa di Karte Char, Taliban menangkap mereka karena meliput unjuk rasa, dua rekan saya, Taqi Daryabi dan Nemat Naqdi dipukuli, ketika saya mengirim editor senior, mereka juga ditahan," kata pemimpin redaksi Etilaat Roz Zaki Daryabi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement