REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (9/9). Hal itu dilakukan setelah kontak yang dijalin pejabat tinggi kedua negara tidak membuahkan hasil positif pada masa awal pemerintahan Biden.
“Kedua pemimpin (Biden dan Xi) memiliki diskusi strategis yang luas di mana mereka membahas bidang-bidang di mana kepentingan kita bertemu, dan bidang-bidang di mana kepentingan, nilai-nilai, dan perspektif kita berbeda,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Gedung Putih berharap AS dan China dapat bekerja sama dalam isu-isu yang menjadi perhatian bersama. Hal itu termasuk perihal perubahan iklim dan mencegah krisis nuklir di Semenanjung Korea.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, dalam panggilan telepon tersebut Biden menjelaskan kepada Xi bahwa pemerintahannya akan tetap menekan China di bidang hak asasi manusia, perdagangan, dan bidang lainnya yang diyakini Beijing bertindak di luar norma-norma internasional. Sebelum percakapan Biden dengan Xi, beberapa pejabat AS dan China sudah melakukan kontak atau pertemuan.
Pekan lalu, misalnya, Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu utusan khusus presiden AS untuk iklim, John Kerry. Pada kesempatan itu, Wang memperingatkan Kerry memburuknya hubungan AS-China dapat merusak kerja sama kedua negara di bidang perubahan iklim.
Wang menyadari kerja sama semacam itu tidak dapat dipisahkan dari hubungan yang lebih luas dengan AS. Dia meminta Washington mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan kedua negara.
Pada Juli lalu, Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng melayangkan kritik dan keluhan kepada Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman. AS dituduh berusaha menahan dan menekan perkembangan China. Xie mendesak Washington mengubah pola pikirnya yang sesat dan kebijakan berbahayanya.
Pada Maret lalu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan melakukan pertemuan dengan kepala urusan luar negeri Partai Komunis China, Yang Jiechi. Pada pertemuan itu, Yang menuduh AS gagal menangani masalah hak asasi manusianya sendiri dan mempermasalahkan apa yang dia katakan sebagai kemunafikan Amerika.
Sejak awal masa kepresidenannya, Biden telah berusaha memberikan fokus lebih besar pada China. Ia mengumpulkan sekutu untuk berbicara dengan suara yang lebih bersatu tentang catatan hak asasi manusia Beijing, praktik perdagangannya, dan perilaku militernya yang semakin tegas, terutama di Pasifik. Biden melihat Beijing sebagai pesaing ekonomi paling signifikan bagi AS dan kekhawatiran keamanan nasional yang berkembang.