REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Eksportir dari Pakistan kembali memasok barang-barang ke Afghanistan setelah ketidakpastian melanda Kabul selama sebulan terakhir.
Setelah Taliban menguasai ibu kota Afghanistan pada 15 Agustus, bisnis pun dihentikan di kota-kota besar.
"Selama 20 hari terakhir, saya tidak memesan apa pun di Pakistan karena takut situasinya memburuk," kata pengusaha Afghanistan Abdul Rahim QaziZai kepada Anadolu Agency.
"Sekarang saya sudah menemui rekan-rekan Pakistan saya lagi untuk memesan gula dan minyak goreng," kata dia saat menuju Kabul melalui perbatasan Torkham.
Ratusan truk berbaris di Khyber Pass, jalan utama yang menghubungkan Pakistan dan Afghanistan melalui perbatasan Torkham, pada Rabu (15/9). Truk-truk yang bermuatan produk makanan itu tengah antre menunggu izin untuk melintasi perbatasan menuju Jalalabad Timur di Afghanistan.
Kebanyakan pengemudi menunggu selama tiga atau empat hari di dekat perbatasan karena kurangnya lahan parkir di sisi Afghanistan. Namun antrean panjang itu menandakan berlanjutnya aktivitas ekonomi antara kedua negara.
Afghanistan kaya akan sumber daya alam seperti tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, tanah jarang, litium, kromium, timah, seng, batu permata, bedak, belerang, travertine, gipsum, dan marmer yang masih belum tereksplorasi karena invasi Amerika Serikat sejak 2001.
Pakistan memfasilitasi impor, ekspor dari Afghanistan