REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dikabarkan telah menghubungi Israel untuk pertimbangan pembelian sistem pertahanan rudal terbaru. Laporan terbaru itu berasal dari majalah berita dan analisis khusus perdagangan Breaking Defense.
Riyadh mempertimbangkan dua opsi dalam menyempurnakan pertahanan sistem rudalnya. Saudi mempertimbangkan membeli Iron Dome yang diproduksi oleh perusahaan teknologi pertahanan Israel Rafael dan Barak ER yang diproduksi oleh Israel Aerospace Industries (IAI).
Sumber pertahanan Israel mengatakan kepada majalah itu bahwa kesepakatan tersebut realistis, selama kedua negara mendapat persetujuan dari Washington. Satu sumber menambahkan bahwa ketertarikan Saudi pada sistem Israel telah mencapai fase yang sangat dipertimbangkan.
Sumber yang sama dilaporkan mengatakan bahwa Riyadh telah mengadakan pembicaraan tingkat rendah dengan Tel Aviv selama beberapa tahun tentang sistem tersebut. Pembicaraan tampaknya mulai menjadi jelas dengan Washington akan menghapus aset pertahanan udaranya dari Riyadh.
Dikutip dari Middle East Monitor, keputusan itu telah dibuat dengan Washington secara diam-diam mengeluarkan sistem peluru kendali antibalistik Angkatan Darat AS (THAAD) dan Patriot AS dari Pangkalan Udara Pangeran Sultan, yang terletak di luar Riyadh.
Patriot telah dikerahkan di Saudi setelah serangan 2019 terhadap fasilitas produksi minyak Saudi. Houthi yang didukung Iran, yang rudal balistik jarak menengah dan panjangnya dicegat oleh sistem pertahanan udara Saudi buatan AS, dianggap bertanggung jawab atas serangan itu.
AS tidak mungkin menghalangi kesepakatan antara Israel dan Saudi. Pembelian senjata buatan Israel oleh Saudi diharapkan dapat mempercepat penjualan senjata dengan negara-negara Arab yang menormalkan hubungan dengan negara pendudukan setahun yang lalu sebagai bagian dari Abraham Accords.
Mantan direktur Dewan Keamanan Nasional Israel dan mantan kepala Departemen Perencanaan Pasukan Pertahanan Israel, Pensiunan Brigadir Jenderal Giora Elland, mengharapkan tidak ada keberatan dari Washington atas penjualan sistem Tel Aviv ini ke negara-negara Teluk yang bersahabat. Saudi juga dikatakan mempertimbangkan opsi lain untuk pertahanan misilnya, termasuk China dan Rusia.