REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Beberapa militan Taliban tampak melakukan rekreasi di sebuah danau. Menurut Daily Star, pejuang Taliban terlihat mengendarai perahu pedal berbentuk angsa di sebuah danau di taman nasional Band-e Amir.
Foto-foto mereka muncul di media sosial dan menjadi viral. Meski sedang menikmati rekreasi, pejuang Taliban tersebut tetap memanggul senjata. Bahkan beberapa militan Taliban sempat mengacungkan peluncur granat berpeluncur roket RPG-7.
Foto-foto pejuang Taliban yang sedang mengendarai perahu angsa tersebut menjadi bahan candaan dari para warganet. Mereka berkelakar Taliban telah memiliki angkatan laut sendiri.
Ini bukan pertama kalinya militan Taliban melakukan kegiatan rekreasi sejak mereka mengambil alih Afghanistan. Sebelumnya, militan Taliban tertangkap kamera sedang bermain mobil bemper atau yang dikenal sebagai bom bom car. Tak hanya itu, mereka juga bermain komidi putar dan melompat-lompat di sebuah trampolin.
Sejumlah warga Afghanistan mengaku kondisi keamanan lebih baik di bawah Taliban. Namun kondisi ekonomi masih sangat berat. Pasar maupun pertokoan belum berjalan dengan normal. Di sisi lain, bantuan terhadap Afghanistan sudah banyak di setop pasca-Taliban berkuasa.
Sementara itu, puluhan aktivis perempuan melakukan aksi protes di luar Kementerian Perempuan Afghanistan pada Ahad (19/9). Mereka melakukan aksi protes setelah pemerintahan Taliban menutup kementerian tersebut dan menggantinya dengan Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan.
Staf wanita mengatakan, mereka telah mencoba untuk kembali bekerja di kementerian selama beberapa minggu sejak Taliban berkuasa. Namun mereka diminta untuk kembali ke rumah. “Kementerian Perempuan harus diaktifkan kembali. Penghapusan (kementerian) perempuan berarti penghapusan manusia," ujar salah satu pengunjuk rasa Baseera Tawana.
Protes itu terjadi sehari setelah beberapa anak perempuan kembali ke sekolah dasar dengan kelas yang dipisahkan berdasarkan gender. Tetapi Taliban telah mengecualikan anak perempuan dari sekolah menengah Afghanistan. Sementara anak laki-laki dan guru laki-laki sekolah menengah diizinkan kembali ke ruang kelas.
Ketika Taliban berkuasa dari periode 1996-2001, perempuan dan tidak diizinkan bersekolah dan bekerja. Selama periode itu, Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan dikenal sebagai polisi moral Taliban. Kementerian tersebut menegakkan interpretasinya terhadap syariah yang mencakup aturan berpakaian dan eksekusi, termasuk hukum cambuk di depan umum.