REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara mengkritik keputusan Amerika Serikat (AS) menyediakan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia. Kesepakatan itu dinilai tidak diinginkan dan berbahaya.
Perjanjian antara Australia, AS, dan Inggris, dinilai bahaya yang akan mengganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik. Pejabat Korea Utara yang tidak disebutkan namanya, mengatakan ada risiko langkah itu bisa memicu reaksi berantai dari perlombaan senjata.
"Tindakan balasan yang sesuai jika hal itu bahkan memiliki sedikit dampak buruk pada keamanan negara,", kata kepala seksi Berita Asing Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan kepada media pemerintah Korea Utara KCNA.
AS, Australia, dan Inggris mengumumkan kemitraan keamanan trilateral untuk Indo-Pasifik bernama AUSUK pekan lalu. Mereka akan berbagi teknologi untuk melengkapi Australia dengan setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir tetapi bersenjata konvensional.
Perjanjian tersebut telah memicu reaksi marah di Prancis, sekutu lama yang telah memiliki kontrak dengan Australia untuk memasoknya dengan 12 kapal selam konvensional. Keputusan itu membuat Paris menarik duta besarnya dari Canberra dan Washington, DC.
Pejabat Korea Utara membuat referensi yang jelas ke keluhan Prancis. Pyongyang menuduh Washington memberlakukan sikap ganda dan mencatat bahwa bahkan sekutu negara itu menuduhnya menikam dari belakang.
"Situasi saat ini menunjukkan sekali lagi bahwa upaya (kami) untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nasional berdasarkan perspektif jangka panjang tidak boleh berkurang sedikit pun," ujar lapor KCNA.
Awal bulan ini, Pyongyang menggelar parade paramiliter massal untuk menandai berdirinya negara itu. Kemudian pekan lalu, Pyongyang menguji rudal balistik yang diluncurkan kereta api, hanya beberapa hari setelah mengumumkan telah menguji rudal jelajah jarak jauh strategis. Citra satelit terbaru juga menunjukkan Korea Utara sedang memperluas pabrik pengayaan uranium di kompleks nuklir utamanya Yongbyon.
Selain itu, Korea Selatan juga telah meningkatkan kemampuan militernya. Seoul mengumumkan telah menguji Rudal Balistik yang Diluncurkan Kapal Selam (SLBM) tak lama setelah berita tentang uji coba rudal Pyongyang muncul.