REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina mendukung kemitraan pertahanan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia. Harapannya dapat menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Dukungan itu berbeda dari negara-negara tetangga, salah satunya Indonesia.
Indonesia dengan tegas menentang perlombaan senjata nuklir di kawasan. Dalam siaran persnya pekan lalu Kementerian Luar Negeri Indonesia menekankan pentingnya komitmen Australia untuk terus memenuhi kewajibannya mengenai non-proliferasi nuklir.
Indonesia mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation.
Kemitraan AS, Inggris, dan Australia yang dikenal AUKUS ini akan mempermudah Negeri Kanguru mendapatkan kapal selam tenaga nuklir. Salah satu upaya tiga negara itu dalam mengadang pengaruh China di Indo-Pasifik.
"Penguatan kemampuan sekutu dekat untuk memproyeksikan kekautan harus menjaga dan memperbaiki keseimbangan bukannya memicu de-stabilisasi," kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin, Selasa (21/9).
Pernyataan Locsin yang disampaikan 19 September itu jelas berbeda dari sikap Indonesia dan Malaysia. Sementara Laut China Selatan (LCS) masih menjadi sumber ketegangan antara China dan Filipina salah satu sekutu pertahanan AS di Asia Tenggara.
AS dan negara-negara Barat lainnya juga menggelar pelayaran militer dalam rangka menegakan 'freedom of navigation' di perairan yang kaya sumber daya alam tersebut. China yang mengklaim LSC menganggapnya sebagai intervensi negara asing.
Filipina dan Vietnam menuduh kapal angkatan laut China menakut-nakuti nelayan mereka dan melakukan aktivitas energi. Tahun ini Filipina juga marah setelah ratusan kapal 'milisi maritim' China masuk ke dalam zona ekonomi eksklusif mereka.
"Jarak yang dekat menghasilkan respon yang cepat, dengan demikian meningkatkan kapasitas militer teman dan sekutu militer ASEAN dalam merespon ancaman pada kawasan atau melawan status quo," kata Locsin tanpa menjelaskan maksudnya.
"Untuk mencapai kalibrasi itu membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, tambahan bagi sekutu utama militer," ujarnya.