REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Perdagangan Australia mengatakan kesepakatan perdagangan Australia-Uni Eropa akan menguntungkan kedua belah pihak. Kesepakatan itu juga memberi akses negara anggota Uni Eropa lebih luas di Indo-Pasifik.
Australia sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan Prancis setelah membatalkan kesepakatan kapal selam senilai 40 miliar dolar AS dengan negara tersebut. Pekan lalu, Canberra membatalkan kesepakatan produksi kapal selam konvensional dengan perusahaan Prancis, Naval Group. Australia memilih membangun kapal selam berkekuatan nuklir dengan teknologi Amerika Serikat (AS) dan Inggris usai menandatangani kemitraan trilateral dengan dua negara tersebut.
Keputusan Australia membuat Prancis marah dan menuduh AS dan Australia menusuk mereka dari belakang. Paris juga menarik duta besarnya dari Washington dan Canberra.
Anggota-anggota parlemen Uni Eropa memberikan sikap solidaritas pada Prancis. Dengan terbuka mereka mempertanyakan apakah kerja sama dengan Australia dimungkinkan.
"FTA (perjanjian perdagangan bebas) Australia-Uni Eropa adalah kepentingan terbaik semua pihak," kata Menteri Perdagangan Australia Dan Tehan, Rabu (22/9).
Ia meminta Uni Eropa untuk bergerak maju dalam perjanjian tersebut. "Uni Eropa akan menggunakannya sebagai cara untuk memperkuat keterlibatan dengan Indo-Pasifik sebab mereka sadar kawasan ini membawa beban ekonomi dunia," katanya.
Negosiasi Australia dan Uni Eropa putaran berikutnya dijadwalkan digelar pada 12 Oktober mendatang. Australia berharap akan perundingan tetap dilakukan.
Walaupun terlihat kemarahan anggota parlemen Uni Eropa di Majelis Umum PBB di New York. Mereka tidak menggunakan basa-basi saat berbicara dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
"Bagi kami transparansi dan kesetiaan adalah prinsip dasar dalam membangun kemitraan dan aliansi yang kuat," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel dalam pertemuan bilateral di New York.
Morrison berkunjung ke AS untuk menghadiri pertemuan dialog keamanan empat negara yang terdiri dari Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat. Ia bertemu dengan Presiden AS Joe Biden tapi tidak dapat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.